BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 22 Desember 2011

CAHAYA DALAM KEGELAPAN

Aku disini berdiri diatas tebing yang tinggi, melihat semua pemandangan yang sangat menajubkan. Keindahan ini adalah surga dunia yang tidak ternilai harganya. Angin terasa begitu sejuk seakan-akan angin mengajakku menari dan ombak yang menderung bagaikan tabuhan gendang. Terasa begitu sempurna dan indah.
Aku menghirup udara dan merasakan suasana ini, berdiri sendri memandang hamparan luas lautan. Tak ingin satu pun terlewat dari tatapan mataku. Aku pun memejamkan mata ini membayangkan kebahagiaan yang begitu sempurna.
Tetapi sejenak ku pejamkan mata ini, tiba-tiba saat ku membuka mata semua hilang dan musnah. Angin yang sedang mengajakku menari berubah menjadi badai dan ombak yang menderung bagaikan tabuhan gendang berubah menjad gulungan air yang besar, seperti akan siap untuk menelanku hidup-hidup. Aku berlari dan terus berlari, entah kemana kaki ini terus melangkah. Aku dimana, aku dimana ? Semua jalan kutelusuri, aku tersesat dalam kegelapan. Tempat apa ini ? disekelilingku hanya da kegelapan yang begitu kelam. Aku tidak bisa melihat sedikit pun, tak ada cahaya di tempat. Kemudian aku telusuri kegelapan ini, aku yakin disuatu tempat ada cahaya yang sedang menungguku. Menunggu untuk aku bisa menemukannya, lalu aku terus berjalan dan berjalan. Tak ada rasa lelah, aku terus melangkah dengan semangat. Keyakinan yang membuatku bersemangat untuk dapat menemukan cahaya itu.
Dari kejauhan ada setitik cahaya terang dalam kegelapan ini seolah-olah titik cahaya itu memberitahukan aku bahwa aku harus mendekatinya.  aku pun langsung bergegas untuk menghampiri sinar itu, aku pun tersenyum lega. Ternyata dari sudut yang ku tempuh,  kumelihat cahaya itu bersinar terang. pencarian aku pun berakhir sampai disini, karena tempat inilah yang kucari.

KALUNG BIRU DARIMU

Panasnya matahari membuatku malas untuk berangkat sekolah. Ya, hari ini aku masuk siang. Engga tau kenapa hari ini aku malas banget pergi sekolah, ingin di rumah saja. Tapi masa aku engga masuk, aku kan pengen ketemu sama Yudha.
Ya, Ardiansyah, orang yang menurutku ganteng, cool dan bermata sipit. Dia adalah pacarku, aku sudah menjalin hubungan selama 5 bulan. Setiap bulan hari jadi kita, Ardi selalu kasih surprise untukku. Dia selalu memberi aku boneka, bunga dan coklat. Itu hal yang membuatku bahagia jika bersamanya. Tapi aku tidak tahu bulan ini yudha akan kasih aku surprise apa ia ?
Upz, aku malah mengkhayal saja. Lalu aku bergegas siap-siap untuk berangkat sekolah. Walaupun sedikit bermalas-malasan, aku naik angkutan umum untuk sampai ke sekolah. Diangkot pun aku terlihat tidak semangat, lemas seperti orang yang sedang sakit. Padahal aku baik-baik saja, aku tidak tahu kenapa seperti ini.
Hanya sekitar 20 menit aku sudah sampai di depan sekolah. Ya, sekolah ku tidak begitu jauh dari rumah. Kemudian aku masuk ke gerbang sekolah dan menuju ruang koperasi. Ruang koperasi seperti ruang basecamp untuk aku dan teman-teman, karena kita sering kali berkumpul diruang ini. Tak lama sesampainya aku di koperasi, tiba-tiba syifa adik kelas aku menghampiri.
“Kak, nanti sore pulang sekolah pasti kak Yudha mau ngomong sesuatu sama kakak.” Katanya dengan nada yang serius.
“Mau ngomong apa dia sif ?” Tanyaku dengan penasaran.
“Nanti juga kakak tau sendiri” Jawabnya sembari melambaikan tangannya untukku.
“Hey, Syifa mau kemana? Jawab dulu pertanyaanku.” Kataku sambil memanggil Syifa tetapi dia pergi begitu saja.
Aku sejenak terdiam, dan masih memikirkan perkataan Syifa tadi. Aku engga ngerti apa yang dimaksudnya tadi. Tiba-tiba hati ini berdetak kencang, sepertinya hal yang tidak aku inginkan akan terjadi. Selintas aku berfikir, apa mungkin yudha akan ? Ah, mungkin syifa hanya bercanda. Dia kan memang suka jail anaknya sama kakak kelas yang lainnya. Tetapi pikiran negatif itu datang kembali ke otakku, sumpah mumet banget pikiran aku saat ini. aku hanya bisa diam. Tiba-tiba teman aku datang mengagetkanku.

“Dooor” Teriaknya intul dikupingku
“Eh, copot-copot” kagetku
“apa yang copot si Za? Hahahaa.” Tanya intul dengan nada ngeledek.
“Ih apa-apan si loe, kerjaannya Cuma bikin kaget gw aja” Jawabku dengan nada jutek.
“Wih, santai cuy. Lagi kenapa loe ?” Tanya Intul agak sedikit bingung
“Bingung.” Jawabku dengan nada galak
Intul adalah sahabat aku, dia sangat perduli dengan semua masalah yang aku hadapi. Intul pun terus menanyakan hal yang sedang terjadi padaku. Lalu aku menceritakan perkataan syifa adik kelasku kepada intul.
“Mungkin dia cuma ngerjain loe aja kali Za.” Kata intul dengan nada meyakinkan
“Tapi, engga mungkin tul, pasti ini beneran. Gw yakin banget”. Kataku dengan serius.
            “Atau mungkin Yudha mau kasih surprise buat loe.” Kata intul
“Masa si, Ardi kalau kasih surprise ke gw engga gini tau caranya.” Kataku
Aku pun kembali bercerita dengan sahabatku itu. ya, curhat colongan sebelum masuk kelas. Sudah hampir setengah jam aku bercerita dengan intul. Tetap saja perasaan aku tidak enak. Lalu aku pun memutuskan untuk izin dari sekolah. Aku meminta tolong kepada intul untuk absenkan aku hari ini.
“Uuuuhh, kok gue jadi mumet gini ia tul”. Kataku dengan raut wajah yang kusut.
“Ya ampun udah deh, kaya gini aja loe sampai stres gitu. Biasa aja dong, pikirin pelajaran bukan cowok loe pikirin.” Kata intul dengan nada yang agak galak.
“Namanya juga lagi mumet tul, izinin gw ia tul. Malas sekolah ni gw. Please.” Kataku agak sedikit memohon.
“Ah, loe terlalu diambil pusing banget si, terserah loe deh.” Jawab intul
“Intul baik deh makasih ia.” kataku sambil memeluk intul.
Aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Ya, dari pada aku engga konsen saat belajar dikelas lebih baik aku pulang saja. Saat perjalanan pulang aku tetap memikirkan hal yang sama. Ya ampun, kenapa si kata-kata adik kelasku masih terngiang ditelinga. Hmmm, membuat aku kesal dan boring.
Ketika aku sampai dirumah, aku langsung membuka pintu rumah. Aku melihat ibu sedang menyetrika baju, ibu kaget melihat aku pulang begitu cepat hari ini.
“Kok kamu sudah pulang jam segini?” Tanya ibu dengan bingung.
“Ia bu, tadi aku sampai sekolah ngerasa engga enak badan. Terus aku memutuskan untuk pulang dan izin sekolah”. Jawabku
Setelah ibu menanyakan itu, lalu aku bergegas ke kamar. Aku pun melempar tas, kemudian aku membanting badanku ke tempat tidur. Hmm, perasaanku kembali tidak tenang seperti dihantui rasa takut. Aku bingung, aku coba ingin melupakan hal itu, tapi tidak bisa. Aku pun mencoba untuk tenang dan memejamkan mata ini sejenak. Tapi tiba-tiba handphone ku berdering, seperti ada sms masuk. Lalu aku pun mengambil handphone ku yang berada di dalam tas. Ku buka tas aku kemudian mengambilnya dan segera aku membaca sms itu. Ternyata itu sms dari Hendra temannya Ardi. Hendra menanyakan kenapa aku hari ini tidak masuk sekolah. Hmm, pikirku kenapa bukan Ardi yang sms. Kenapa harus temannya ! Lalu aku pun membalas sms hendra. Beberapa menit kemudian hendra pun membalas sms aku dan dia bilang.
“Oh, Ya sudah kalau gitu, nanti yudha mau kerumah loe. Katanya dia mau ngomong sama loe.” Sms dari Hendra
Aku pikir benar juga apa yang dikatakan syifa tadi, Ardi mau ngomong sesuatu sama aku. Dia mau ngomong apa ya ? Hari ini perasaan aku benar-benar tidak tenang. setiap yang aku lakukan selalu salah, mondar-mandir engga jelas. Aku hanya bisa melihat jam terus menerus, dan menunggu kedatangan Yudha.
Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30, sepertinya sudah jam bubar sekolah. Tiba-tiba jantungku berdetak kencang, kupingku pun terasa panas. Kata ibu, Kalau kuping kita panas berarti ada yang sedang membicarakan kita. Apa mungkin Ardi sedang membicarakan aku. Huuu, pikiran aku terlalu mengada-ngada. Tak lama di luar rumah seperti ada orang yang mengucapkan salam. Pikirku pun langsung kepada Ardi, pasti yang mengucapkan salam itu Ardi. Aku pun perlahan-lahan membuka pintu dan segera melihat orang yang mngucapkan salam. Ternyata benar firasat aku, orang yang megucapkan salam itu Yudha. Dia tersenyum melihat aku keluar, kemudian aku menghampiri Ardi. Aku mempersilahkan dia duduk dikursi depan rumah. Suasana menjadi sangat kaku, seperti aku baru mengenal Ardi saja. Akhirnya Ardi pun menanyakan kenapa aku tidak masuk sekolah tadi, aku pun menjawab bahwa aku merasa tidak enak badan siang tadi. Tiba-tiba suasana menjadi diam sejenak, aku pun langsung menanyakan kepada Ardi hal yang ingin dia bicarakan kepadaku. Tetapi Yudha hanya diam, seperti bingung ingin mulai bicara dari mana.
“Tau engga kamu, aku sayang banget sama kamu. Aku selalu kangen sama kamu, ingin rasanya setiap hari berada disisi kamu. Dari sejak pertama kita kenal dan menjalin hubungan. Rasa sayang aku selalu bertambah untuk kamu. Tapi ternyata semua engga semulus yang aku bayangkan ...” Kata-kata Ardi yang membuatku bingung.
“Kenapa?” Tanyaku.
Ardi hanya tersenyum kecil, melambangkan sesuatu yang mungkin buruk untukku. Dan Ardi memberikan sekotak kecil yang dibungkus kertas warna biru bergambar kelinci.
“Itu hadiah untuk kamu, sebagai hari jadi kita yang ke 5 bulan, terima kasih selama ini kamu udah mengisi hari-hari yang sepi menjadi bahagia. Aku engga akan lupain semua tentang kita. Semua itu menjadi cerita dalam kehidupanku.” Perkataan Ardi
Tapi aku bingung dengan semua ucapan yudha, seperti kata-kata perpisahan yang ia ucapakan untukku. Aku hanya diam dan bimbang, sebenarnya ada apakah ini? Dalam pikiran ku bertanya-tanya. Tanpa sadar air mataku jatuh membasahi pipi ini, semua begitu terlalu cepat untuk diucapkan. Ardi pergi begitu saja, meninggalkan aku dalam kesedihan yang sangat mendalam. Ia meninggalkanku tanpa memberikan kejelasan yang pasti tentang pa yang ia ucapkan untukku.
Ku buka sekotak kecil pemberian dari Ardi. kemudian ku lihat apa yang ada di dalam kotak itu. ternyata kalung yang bermata warna biru. Itu kalung yang aku inginkan saat jalan bersama Ardi waktu itu. semua itu menjadi kenangan dan cerita dalam kehidupanku.

Kamis, 08 Desember 2011

KISAH HIDUP SI PEMULUNG

Pagi yang indah dikala aku membuka mata, kuhirup udara sejuk ini. Begitu tenang jiwa ragaku ingin sekali suasana pagi terus seperti ini, tetapi semua yang ku bayangkan tidak akan menjadi nyata. Aku hanya seorang anak pemulung yang tinggal di kolong jembatan. Hanya berbekal kardus dan tas yang lusuh  untuk aku pakai sebagai alas tidur.  Aku tinggal bersama ibu, adik kecilku dan orang-orang yang berstatus sama seperti aku. Ya, sekitar lima belas orang yang tinggal ditempat kumuh ini. Mereka hanya berbekal seadanya sama seperti aku.
Aku berumur 17 tahun dan adikku 5 tahun. Sudah lama aku dan mereka terbuang di tempat ini, sangat mudah untuk disingkirkan. Ditengah ketidakadilan dalam hidup, bertahan menerima keadaan dan berjuang untuk hidup. Aku dan mereka bukan pemalas yang ingin mendapatkan belas kasih dari orang-orang. Tetapi aku hidup seperti ini adalah cobaan yang sudah di takdirkan oleh Yang Maha Kuasa. Aku hanya menerima dengan ikhlas, walaupun hati ini kadang ingin memberontak. Kenapa aku tidak bisa seperti orang yang layak untuk hidup didunia ini. kadang hati ini ingin marah kepada sang pencipta, tetapi ibu selalu memberikan nasehat yang bijaksana kepadaku.
“ Nak janganlah kamu sesali hidup seperti ini, kita harus mensyukuri segala nikmat yang sudah diberikan oleh Yang Maha Kuasa”. Kata-kata itu selalu aku ingat, dan hanya ibu yang dapat mencairkan suasana hatiku menjadi tenang.
Kehidupan ini sudah lama aku jalani, tidak ada perubahan sama sekali. Tetap saja yang aku kerjakan setiap harinya memungut sampah-sampah yang dapat aku jual kembali ke lapak barang bekas. Dengan berbekal tas keranjang dan sarung tangan. Aku bukan pengemis yang selalu meminta-minta kepada orang-orang yang lewat dihadapanku. Mereka selalu memandang diriku sebelah mata, yang mereka tahu aku hanya orang yang tak pantas berada dekat mereka. terkadang aku sangat sedih dengan kehidupan ini, aku lelah dan letih. Tetapi aku harus tegar menjalani kehidupan yang keras ini.
Saat aku berjalan mengambil sebotol aqua yang berada di tempat sampah depan sekolah, aku terdiam. Melihat anak-anak sekolah, aku ingin seperti mereka yang bisa bersekolah. Aku sama sekali tidak pernah merasakan bangku sekolah. Membaca dan meulis pun aku tidak bisa, karena keadaan lah yang membuatku seperti ini. Aku sadar, aku dilahirkan dari keluarga yang tak mampu. Tempat tinggalku saja bukan rumah, hanya kardus saja sebagai alas tidurku. Aku sangat iri kepada mereka, mereka bisa hidup dengan bahagia. Tapi aku sejak kecil sudah diajarkan untuk mencari uang dan menerima kenyataan hidup. Sebentar saja aku diam melihat kedalam sekolah itu, tiba-tiba orang berpakaian putih yang memakai topi mengenakan celana panjang menghampiriku. Ya, bisa dibilang ia satpam sekolahan itu. Dan ia berkata “ Hey, kamu pergi sana !”. ia mengusirku dengan nada suara yang kasar, seakan-akan aku sangat hina dan tak pantas untuk masuk kedalam. Mungkin karena pakaian yang aku kenakan compang camping dan sangat kotor. Lalu aku pun pergi, tetapi mata ini masih tertuju kedalam sekolah itu.
Ketika aku kembali pulang, aku hanya diam dan meletakan tas keranjangku disamping tumpukan sampah yang sudah didapati ibu. Tiba-tiba ibu bertanya kepadaku.
“kamu kenapa nak ? ko terlihat lemas”. tanya ibu sambil merapikan botol-botol bekas.
“Aku tidak apa-apa bu”. Jawabku dengan nada rendah.
“Ya sudah kalau begitu tolong jaga adikmu, ibu mau menjual barang bekas ini ke lapak”. Kata Ibu dengan nada lemah lembut.
“iya bu”. Jawabku sambil menghampiri adikku.
Saat ibu pergi aku pun bercanda tawa dengan adikku, satu hal yang membuatku sangat sedih. Ketika adikku bertnya kepadaku :
 “Kak, kenapa kita tinggalnya disini ? Kenapa kita tidak punya rumah seperti itu. Aku ingin tinggal dirumah, terus punya banyak mainan juga”. kata-kata itu membuat aku meneteskan air mata, aku hanya bisa diam dan memeluk adikku.
Tak lama ibu sudah pulang dan melihat aku meneteskan air mata. Ibu kembali bertanya kepadaku, tapi aku hanya diam. Saat itu adikku yang menjawab, ia bilang kepada ibu. “Kakak menangis saat aku bertanya kenapa kita tidak punya rumah? Aku ingin memiliki rumah dan mainan yang banyak bu, tapi kakak tidak menjawab pertanyaan aku”. Mendengar perkataan adikku ibu tersenyum kecil, senyuman itu memiliki makna yang dalam. Ibu selalu mengeluarkan kata-kata yang bijaksana. Ibu bilang kepada adikku, suatu saat nanti pasti kita akan memiliki rumah nak. Jika Allah sudah mengizinkan kita untuk pindah dari tempat ini.

Jumat, 02 Desember 2011

Penantian

Indah bila membayangkannya..

Namun begitu menyakitkan bila mengingatnya..

masa lalu membuatku teringat dalam kesedihan..

keterpurukan saat kesendirian..

gelapnya hati yang suram..

begitu menyedihkan..

yaa....

disini aku selalu menanti..

menanti cahaya datang..

untuk menerangi gelapnya hati ini..

Sahabat

Hmmmm....


Sejenak terpikir membayangkan persahabatan yang indah..

mereka saling bercanda,,,

tawa..

dan bercerita..

Yaa....makna sahabat..

Apa sebenarnya makna sahabat itu??

mereka bilang sahabat itu saling berbagi..

Dikala senang maupun susah..

yaa...

mungkin memang benar pernyataan seperti itu..

tapi, aku belum merasakan makna sahabat

yang sebenarnya..

yang aku tahu mereka bersahabat hanya sekedar saja..

tanpa ada makna dari persahabatan itu..