BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 26 Januari 2012

KURELAKAN KAU UNTUKNYA

Pagi ini Kiki sudah bangun pagi untuk membangunkan sang pacar untuk, segera Kiki mengambil ponsel dan mengetik pesan untuk pacarnya yaitu Adit. “Hallo sayang, bangun dong, ini kan sudah pagi.” Pesan singkat untuk Adit. “iya sayang aku sudah bangun, aku baru mau berangkat antar bos ke kantor.” Balasan pesan dari Adit. “Ok sayang jangan lupa sarapan pagi ya, semangat kerjanya ya sayang.” Balasan pesan Kiki.
Kiki Amelia namanya, Kiki masih kuliah semester tiga di Bina Sarana Informatika yang letaknya berada di Bumi Serpong Damai. Kiki sudah mempunyai pacar yang bernama Adit, Kiki pun sudah menjalani hubungan bersamanya selama empat tahun. Mereka sudah saling mengetahui kekurangan dan kelebihan satu sama lain. Pacar Kiki yaitu Adit bekerja sebagai supir pribadi di Perumahan Pondok Indah, dia tinggal di rumah Bos tempat ia bekerja. Saat itu Kiki hanya bisa bertemu Adit dihari minggu saja, karena hari itulah Adit dapat libur dari pekerjaannya dan meluangkan waktu untuk Kiki. Mereka pun sangat mengerti kesibukan yang dilakukannya. Karena itulah hubungan mereka selalu baik-baik saja.
Siang ini matahari memberikan sinar yang begitu panas. Adit sudah selesai menyelesaikan tugasnya mengantar Bos, lalu Adit pun keluar untuk mencari warung yang tidak jauh dari kantor Bosnya itu. sesampainya di warung, Adit mengambil sebotol minuman teh dingin. Kemudian Adit duduk dan menikmati minuman yang dia ambil. Ternyata di warung itu sangat ramai anak-anak muda yang sebaya dengan Adit. Ternyata mereka memang sering berkumpul sekedar untuk bercengkrama dengan teman-temannya.
Suasana warung ini pun semakin ramai, tiba-tiba ada seorang wanita lewat untuk membeli sesuatu. Tak tahu kenapa Adit pun memperhatikan wanita itu, ketika Adit sedang melihat ke arah wanita itu, ada seorang lelaki yang ingin berbuat kurang ajar terhadap wanita itu. wanita itupun menampar laki-laki itu. Adit pun tidak suka dengan perlakuan laki-laki itu terhadap wanita itu, tanpa pikir panjang Adit pun menghampiri laki-laki itu dan memberinya pelajaran. Adit merasa kesal dengan tingkah laku laki-laki itu, lalu Adit menonjoknya dan memukul laki-laki itu hingga terluka sampai berceceran darah. Laki-laki itu pun merasa tidak senang, tanpa pikir panjang, laki-laki itu memberi pukulan juga untuk Adit, Adit pun terluka di bagian pelipis matanya.
Kemudian laki-laki itu menyuruh temannya untuk mengkroyok Adit. Melihat Adit ingin dikeroyok oleh teman-teman lelaki itu, wanita itupun tiba-tiba langsung memeluk Adit. Mungkin wanita itu tidak ingin Adit babak belur karena lelaki itu. “Hai Den, Kamu jangan sampai melukai dia. Karena dia tidak salah.” Kata wanita itu dengan nada marah-marah. “Kamu berani ya, gentak-gentak aku. Aku adukan kamu sama kakakku, biar kamu dipecat.” Jawab lelaki itu mengancam. “Aku tidak takut, kamu adukan saja. Toh ini semua salah kamu, kamu yang mau berbuat kurang ajar sama aku.” Ujar wanita itu. “Oh, kamu nantangin aku ya. Ok, aku akan adukan kamu!” Ancaman kembali lelaki itu. Wanita itu pun lalu pergi sambil menarik tangan Adit dan membawa Adit ke taman dekat kantor Bosnya Adit.
“Maaf ya, gara-gara masalah aku tadi kamu jadi terluka.” Ujar wanita itu sambil membersihkan luka Adit. “Iya, engga apa-apa kok. Aku memang tidak  suka melihat wanita diperlakukan kurang ajar, makanya aku langsung memberi dia pelajaran.” Jawab Adit sambil meringis kesakitan. “Oh ya, kita belum kenalan. Nama aku Ayu, kamu siapa ?” Ucap Wanita itu sambil mengulurkan tangannya ke Adit. “Oh, kamu Ayu. Aku Adit.” Jawab Adit dan menggapai tangan Ayu.
Mereka pun terlibat percakapan panjang dan bertukar nomor ponsel. “Aku boleh tanya sama kamu?” Tanya Adit. “Kamu mau tanya apa Dit ?” Ucap Ayu. “Apa kamu kenal sama laki-laki yang ingin kurang ajar terhadap kamu tadi Yu ?” Tanya Adit penasaran. “Oh itu, iya Dit aku sangat kenal. Dia Deni, adik Bosnya aku.” Jawab Ayu. “Jadi dia adik Bosnya kamu, tapi kok dia bisa bersikap seperti itu ?” Tanya Adit. “Dia memang suka gitu Dit, aku saja sudah tidak betah sebenarnya. Tetapi aku butuh pekerjaan ini, untuk membantu Ibuku di kampung Dit.” Jawab Ayu sedih. “Memangnya kamu kerja sebagai apa ?” Tanya Adit. “Aku bekerja sebagai pengasuh anak Bos aku Dit.” Jawab Ayu.
Saat mereka sedang berbincang-bincang, tiba-tiba ponsel Adit berdering. Ternyata ada telepon dari Kiki, Adit pun langsung mengangkat telepon itu. “Hallo A, kamu sudah makan ?” Tanya Kiki lewat ponsel. “Iya De, aku sudah makan. Teleponnya nanti lagi ya, aku sedang ngobrol sama teman.” Jawab Adit. Mengetahui itu Kiki pun memakluminya dan langsung memutuskan teleponnya.
“Siapa Dit yang telepon kamu ?” Tanya Ayu. “Oh, itu pacar aku Yu.” Jawab Adit. “Oh, Kamu sudah punya pacar Dit ?” Tanya Ayu. “Iya Yu, ya sudah. Makasih ya Yu, kamu sudah mengobati lukaku. Senang sekali aku bisa berkenalan dengan kamu.” Ucap Adit. “Iya Dit, seharusnya aku yang berterima kasih. Karena kamu sudah mau menolong aku.” Ucap Ayu. “Ok Yu, sama-sama kalau begitu. Oh iya aku harus balik ke kantor, karena aku mau mengantar Bos aku.” Ucap Adit. “Iya Dit, Aku juga harus kembali ke rumah. Pasti Bos aku juga sudah menunggu aku.”Kata Ayu. “Ok, kapan-kapan kita bertemu lagi ya.” Ucap Adit. “Ok dit.”Kata  Ayu sambil berjalan kembali pulang. Mereka pun berpisah dan menuju tempat yang mereka tuju. Ayu kembali kerumah majikannya dan Adit pun kembali ke kantor Bosnya. Pak Yosi adalah nama bos Adit.
Sesampainya Ayu di rumah majikannya, ternyata majikannya sudah menunggu Ayu di ruang tamu bersama Deni. Hal yang tak Ayu duga, ternyata Deni memberitahukan kepada kakaknya bahwa Ayu mencari masalah terhadap Deni. “Ayu, kesini kamu !” Panggil majikan Ayu. “Iya Pak, ada apa ?” Tanya Ayu. “Kamu sudah mencari masalah apa sama adik saya, sampai ia terluka seperti itu ?” Tanya majikan Ayu. “Saya engga berbuat apa-apa pak, Adik Bapak saja yang mau berbuat kurang ajar terhadap saya.” Kata Ayu membela diri. “Ah, bohong itu kak, Ayu sama cowok yang sok jadi pahlawan itu yang membuat aku seperti ini.” Kata Deni yang berbohong. “Sudah-sudah, Ayu kamu sudah membuat adik saya seperti itu, hari ini terakhir kamu kerja di sini.” Kata majikan Ayu. “Hah, maksud Bapak saya dipecat ?” Tanya Ayu kaget. “Hahahaa, mampus loh. Makanya jangan macam-macam sama aku.” Kata Deni dalam hati.
Mendengar perkataan dari majikan Ayu, Ayu pun sangat sedih. Padahal bukan kesalahan ia, melainkan Deni. Deni  sangat licik, ia bisa memutar balikan fakta. Ayu pun langsung bergegas ke kamar dan merapikan baju-bajunya. Ayu bingung harus kemana, sedangkan Ayu tidak tahu alamat saudaranya yang di Jakarta. Ayu pun keluar dari rumah majikannya dan pergi entah kemana.
Sore ini Adit menjemput Bosnya untuk pulang ke rumah, Adit sudah sangat dekat dengan Bosnya. Sampai-sampai Adit sudah dianggap seperti keluarga bosnya. Dalam perjalanan pulang Adit menceritakan kepada Bosnya tentang kejadian tadi. Bosnya pun sangat bangga terhadap Adit, karena Adit sangat perduli terhadap wanita yang ingin diperlakukan tidak wajar. Tidak terasa dalam percakapan yang singkat itu, Adit sudah sampai di rumah bosnya. Lalu Adit pun membuka pintu mobil untuk bosnya. “Makasih ya Dit. Kamu habis ini jangan lupa makan.” Kata Bos Adit. “Iya Pak.” Jawab Adit. Setelah itu Adit lalu bergegas kekamarnya untuk mandi dan ganti pakaian, selesai itu Adit pun kembali kekamarnya dan merebakan badannya ditempat tidur.
Sore ini pun Deni menuju kantor Polisi, Deni ingin melaporkan Adit dengan alasan penganiayaan terhadap Deni. Laporan Deni pun diproses oleh pihak polisi. Ternyata dari sejak masalah tadi siang Deni telah mengikuti Adit hingga sampai ke rumah Bosnya. Sehingga Deni mengetahui tempat yang Adit tinggali. Sampai Proses laporan itu diproses Deni bersama Polisi pun pergi untuk ke rumah Adit.
“Tinong..tinong..” Bunyi bell rumah majikan Adit berbunyi. Lalu pak Yos pun membuka pintu, ternyata yang datang adalah Polisi bersama Deni adik Bosnya Ayu. Mereka datang untuk menangkap Adit yang sudah membuat Deni terluka. Dengan laporan penganiayaan, pak Yos pun kaget mendengarnya. Tetapi pak Yos sudah tahu kejadian yang sebenarnya, lalu pak Yos pun tidak percaya dengan tuduhan ini. tetapi Polisi itu tetap ingin bertemu Adit. Pak Yos memberitahukan kepada polisi itu, bahwa Adit belum pulang, padahal Adit sedang tidur dikamarnya. Dalam percakapan panjang pak Yos dan Polisi pun berakhir, untungnya Polisi itu percaya bahwa Adit tidak berada di rumah.
Setelah polisi sudah pergi, pak Yos pun menghampiri Adit. “Dit..Adit..” Panggil pak Yos. “Iya Pak.” Jawab Adit sambil membuka pintu kamarnya. “Ada apa Pak ?” Tanya Adit. “Tadi ada polisi datang kesini cari kamu dengan tuduhan kamu sudah menganiaya yang bernama Deni, itu loh yang tadi kamu ceritakan ke saya.” Kata Pak Yos. “Hah, Deni melaporkan saya ke polisi Pak! Kok permasalahannya jadi panjang ya pak.” Kata Adit heran. “Iya sudah kalau begitu, saya yang akan urus masalah kamu ini. Sekarang kamu pulang kerumahmu saja, saya memberikan kamu cuti selama seminggu. Untuk menghindar dari masalah ini, kamu tidak usah khawatir. Semua masalah ini akan saya selesaikan dengan memberikan jaminan untuk polisi.” Kata Pak Yos bijaksana. “Iya Pak, sebelumnya saya ucapkan terima kasih banyak. Karena Bapak sudah sangat baik sekali sama saya.” Ucap Adit. “Iya Dit, saya juga sudah menganggap kamu sebagai keluarga saya. Jadi kamu tidak usah sungkan-sungkan lagi sama saya. Ya sudah sekarang kamu cepat bergegas rapikan baju.” Kata pak Yos. “Iya Pak.” Ucap Adit sambil merapikan baju-bajunya.
Sehabis Adit merapikan baju, Adit pun pamit dengan Pak Yos. Setelah itu  Adit pun pergi, saat dalam perjalanan pulang tiba-tiba ponsel Adit berdering, saat Adit melihat ponsel ternyata yang menelpon yaitu Ayu. Adit pun langsung mengangkat telepon Ayu. “Ada apa Yu ?” Tanya Adit. “Hai Dit, bisa kita ketemuan sekarang. Aku ingin bicara sama kamu.” Kata Ayu sambil menangis. “Ok, kita ketemu di taman tadi ya.” Kata Adit. “Iya Dit.” Ucap Ayu. Telepon pun terputus.
Adit pun sudah sampai di taman tempat mereka berkenalan tadi, tak lama Ayu pun datang. “Kamu ada apa Yu mengajak ketemuan ?” Tanya Adit. “Aku dipecat Dit dari pekerjaanku.” Jawab Ayu sedih. “Hah, beneran Yu ?” Tanya Adit. “Iya Dit, Deni memberitahukan masalah tadi sama bos aku, lalu bos aku memecat aku dengan alasan karena aku sudah membuat masalah sama Deni. Aku juga mendengar percakapan Deni dengan bos aku, sepertinya kamu akan dilaporkan ke kantor polisi.” Ucap Ayu sedih. “Iya Yu, tadi juga polisi datang ke rumah bos aku, dan mencari aku. Tetapi Bos menyuruh aku untuk cuti dan menghindar dari masalah ini, karena bos aku yang akan membereskan masalah ini dan memberikan jaminan kepada Polisi.” Ucap Adit. “Maafkan aku ya Dit, gara-gara aku, masalah ini jadi runyam. Ini gaji aku untuk kamu.” Kata Ayu. “Engga apa-apa Yu, aku ikhlas ko menolong kamu. Untuk apa kamu memberikan gaji kamu untuk aku ?” Tanya Adit. “Untuk membantu memberikan jaminan.” Kata Ayu. “Ya ampun Yu, engga perlu. Sebaiknya uang itu kamu simpan untuk kamu. Oh iya, kamu tinggal dimana sekarang Yu ?” Tanya Adit. “Aku juga engga tahu Dit mau kemana, Aku juga engga tahu alamat saudara aku yang di sini.” Kata Ayu.
Melihat Ayu yang sedang bingung, Adit pun merasa kasihan dengannya. Lalu adit pun mengajak Ayu tinggal di rumah Adit untuk sementara. Sesampainya di rumah Adit pun memberitahukan kepada  orang tuanya tentang masalah yang ia hadapi. Untung lah ibunya Adit mengerti dan mengizinkan Ayu untuk tinggal sementara dirumahnya. Ayu pun dipersilahkan untuk istirahat di kamar adiknya Adit yaitu Anggun. “Gun, tolong ajak Ayu istirahat di kamar kamu.” Kata Adit. “Iya kak.” Ucap Anggun.
Setelah menyuruh Anggun mengajak Ayu, Adit pun menuju ke kamarnya. Ia ingat Kiki, lalu Adit pun mengirim pesan untuk Kiki. “Ki, Aa pulang ke rumah, karena Aa ada masalah. Terserah kamu mau ke rumah atau engga.” Pesan untuk Kiki. Tetapi Kiki saat itu sudah tidur.
Pagi ini Kiki bangun lebih awal dari biasanya. Kiki senang hari ini ia dapat bersantai-santai, karena hari ini ia libur kuliah. Kiki pun langsung mengambil ponselnya, ternyata diponsel Kiki sudah ada pesan dari Adit. Kiki pun langsung membacanya, entah mengapa Kiki merasakan ada yang aneh dari pesan Adit. Kiki pun langsung bergegas merapikan rumahnya sebelum pergi ke rumah Adit, setelah merapikan rumah, Kiki mandi dan bersiap-siap untuk kerumah Adit.
Pukul 12.15 Kiki sudah berada di rumah Adit, Kiki pun dipersilahkan masuk oleh ibunya Adit. Kiki pun melihat seorang wanita yang sedang sholat di kamar Anggun. Dengan penasaran pun Kiki menanyakan wanita itu kepada ibunya Adit. “Bu, itu siapa yang ada di kamar Anggun ?” Tanya Kiki. “Katanya teman kerja Adit.” Jawab Ibunya Adit. Setelah menanyakan itu Kiki pun menghampiri Adit yang sedang duduk di luar. “A, itu siapa yang ada di kamar Anggun ?” Tanya Kiki penasaran. “Itu wanita yang Aa tolongin kemarin.” Jawab Adit singkat. “Kok bisa ada dirumah ini ?” Tanya Kiki kembali. “Aa sudah bilang kemarin, Aa ada masalah....” jawab Adit dan menceritakan maslah kemarin yang sedang Adit hadapi.
Tak lama kemudian ketika Adit menceritakan masalahnya kepada Kiki, Ayah Adit pulang membawa makanan. Dan menyuruh Kiki membawakan makanan untuk Ayu. Kiki pun mengambil makanan itu dan menghampiri Ayu, disitulah mereka berkenalan. “Kamu siapa namanya ?” Tanya Kiki. “Aku Ayu, kamu sendiri pacarnya Adit ya ?” Ucap Ayu. Mereka pun berbincang-bincang. Beberapa lama ketika Kiki sedang berbincang-bincang, tiba-tiba ada pesan diponsel Kiki, ternyata itu pesan dari Adit. Adit tidak suka Kiki selalu bertanya-tanya kepada Ayu, mungkin Adit mengira Kiki menanyakan hal yang tidak pantas. Padahal Kiki hanya ingin mengajak Ayu berbicara.
Kiki pun terdiam sejenak. “Mengapa sikap Adit jadi berubah saat ada wanita itu.” Ucap Kiki dalam hati. Saat Kiki sedang termenung, Adit pergi bersama Ayu. “Mau kemana A ?” Tanya Kiki. “Aku mau cari kontrakkan untuK Ayu.” Jawab Adit sinis dan langsung pergi bersama Ayu meninggalkan Kiki. Melihat itu tiba-tiba air mata Kiki terjatuh, Kiki sangat sedih, mengapa Adit seperti itu. Melihat Kiki sedang menangis Anggun menghampiri Kiki. Kiki pun meneritakan kepada Anggun tentang apa yang terjadi. Anggun hanya bisa menenangkan hati Kiki yang sedang kalut.
Sudah pukul 15.20, Adit pun pulang. Tetapi ia pulang sendiri tanpa Ayu, ternyata Ayu menginap di rumah temannya Adit. Tiba-tiba Adit memanggil Kiki, sepertinya Adit ingin bicara penting kepada Kiki. Hal yang sangat membuat Kiki terkejut, Adit meminta cincin darinya untuk dijual. Dan uang itu untuk membantu Ayu pulang ke kampungnya, Kiki pun merasa sedih, sampai segitunya sekali Adit kasihan terhadap Ayu. “Apakah ini sikap kasihan atau sikap perhatian ?” Tanya Kiki sedih dalam hati. Adit pun meminta maaf kepada Kiki, karena sudah meminta cincin yang diberikan Adit. Akhirnya Kiki pun merelakan cincinnya, untuk dijual. Kiki pun sangat sedih sekali, melihat Adit yang sangat perhatian kepada Ayu. Sampai-sampai Adit rela menjual cincin mereka berdua, hanya untuk wanita yang baru Adit kenal.
Malam ini Adit berpamitan kepada Kiki, karena Adit ingin mengantarkan Ayu pulang kampung sampai terminal saja. Dengan berat hati, Kiki pun mengizinkan Adit mengantar Ayu. Tetapi lama kemudian, tiba-tiba Adit mengirim pesan kepada Kiki dan memberitahukan bahwa Adit tidak tega melihat Ayu pulang sendiri. Ternyata Adit mengantarkan Ayu sampai rumah Ayu yaitu di Cilacap. Mengetahui itu Kiki sangat kecewa campur sedih, tapi itu semua sudah terlambat Adit sudah berada di Cilacap.
Pagi ini Adit dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Adit pun sudah memberitahukan kepada Kiki, bahwa ia tak lama lagi akan sampai di rumah. Kiki pun langsung pergi ke rumah Adit. Sesampainya Adit di rumah, ternyata sudah ada Kiki yang menunggu Adit. Adit pun beristirahat sejenak di ruang tamu, Kiki pun menghampiri Adit yang terlihat bersedih. Kiki pun menanyakan kepada Adit, ternyata adit bingung dengan perasaannya sendiri terhadap Ayu. Kiki pun merasakan hal yang aneh, apakah Adit menjadi suka kepada Ayu ?
 Ternyata benar sekali, perasaan Adit yang awalnya hanya kasihan berubah menjadi rasa sayang. Kiki pun menanyakan sesuatu. “Apakah benar Aa menyukai Ayu ? Jika itu benar Aa harus memilih diantara aku dan Ayu.” Ucap Kiki sedih. Adit pun terdiam, saat Kiki bertanya seperti itu.
Tiba-tiba tanpa sepengetahuan Adit, Kiki berinisiatif untuk menelpon Ayu dan menceritakan Adit yang sedang bersedih. Tak lama Kiki mengloudspeakerkan teleponnya, Adit terkejut mendengar suara telepon yang memanggil namanya. Ternyata suara itu adalah Ayu, Mereka bertiga terlibat pembicaraan yang serius. Tiba-tiba Ayu berbicara. “A, Kiki udah menceritakan semuanya. Bahwa Aa mempunyai perasaan sama Ayu. Ayu pun juga mempunyai perasaan yang sama, tapi bagaimana pun Aa sudah menjadi miliknya Kiki dan Ayu pun harus merelakannya. Karena Ayu engga mau menjadi perusak dalam hubungan Aa sama Kiki, mungkin perasaan Aa sekarang hanya sesaat saja. Karena Aa sudah menolong Ayu dan perasaan itu hanya sekedar kasihan.” Kata Ayu berbicara lewat telepon. Adit dan Kiki menangis mendengar Ayu berbicara seperti itu. “Kamu sangat bijaksana Yu, mungkin benar perkataanmu. Perasaan yang timbul ini hanya sesaat saja.” Ucap Adit. “Ayu merelakan perasaan ini, demi kebahagiaan Aa dan Kiki, mungkin cukup sampai disini perkenalan kita. Ayu bahagia pernah kenal dengan Aa.” Ucap Ayu sambil memutuskan teleponnya.
Akhirnya Adit pun merelakan perasaannya juga terhadap Ayu, karena mengingat sudah begitu lama hubungan Adit dengan Kiki. Adit pun tersadar bahwa ini hanya perasaan sesaat saja. Adit meminta maaf kepada Kiki, karena selama ini sudah membuat sakit hati dan sedih. Kiki pun memaafkan Adit, Kemudian Adit pun membelikan kembali sepasang cincin untuk Kiki.  

Kamis, 22 Desember 2011

CAHAYA DALAM KEGELAPAN

Aku disini berdiri diatas tebing yang tinggi, melihat semua pemandangan yang sangat menajubkan. Keindahan ini adalah surga dunia yang tidak ternilai harganya. Angin terasa begitu sejuk seakan-akan angin mengajakku menari dan ombak yang menderung bagaikan tabuhan gendang. Terasa begitu sempurna dan indah.
Aku menghirup udara dan merasakan suasana ini, berdiri sendri memandang hamparan luas lautan. Tak ingin satu pun terlewat dari tatapan mataku. Aku pun memejamkan mata ini membayangkan kebahagiaan yang begitu sempurna.
Tetapi sejenak ku pejamkan mata ini, tiba-tiba saat ku membuka mata semua hilang dan musnah. Angin yang sedang mengajakku menari berubah menjadi badai dan ombak yang menderung bagaikan tabuhan gendang berubah menjad gulungan air yang besar, seperti akan siap untuk menelanku hidup-hidup. Aku berlari dan terus berlari, entah kemana kaki ini terus melangkah. Aku dimana, aku dimana ? Semua jalan kutelusuri, aku tersesat dalam kegelapan. Tempat apa ini ? disekelilingku hanya da kegelapan yang begitu kelam. Aku tidak bisa melihat sedikit pun, tak ada cahaya di tempat. Kemudian aku telusuri kegelapan ini, aku yakin disuatu tempat ada cahaya yang sedang menungguku. Menunggu untuk aku bisa menemukannya, lalu aku terus berjalan dan berjalan. Tak ada rasa lelah, aku terus melangkah dengan semangat. Keyakinan yang membuatku bersemangat untuk dapat menemukan cahaya itu.
Dari kejauhan ada setitik cahaya terang dalam kegelapan ini seolah-olah titik cahaya itu memberitahukan aku bahwa aku harus mendekatinya.  aku pun langsung bergegas untuk menghampiri sinar itu, aku pun tersenyum lega. Ternyata dari sudut yang ku tempuh,  kumelihat cahaya itu bersinar terang. pencarian aku pun berakhir sampai disini, karena tempat inilah yang kucari.

KALUNG BIRU DARIMU

Panasnya matahari membuatku malas untuk berangkat sekolah. Ya, hari ini aku masuk siang. Engga tau kenapa hari ini aku malas banget pergi sekolah, ingin di rumah saja. Tapi masa aku engga masuk, aku kan pengen ketemu sama Yudha.
Ya, Ardiansyah, orang yang menurutku ganteng, cool dan bermata sipit. Dia adalah pacarku, aku sudah menjalin hubungan selama 5 bulan. Setiap bulan hari jadi kita, Ardi selalu kasih surprise untukku. Dia selalu memberi aku boneka, bunga dan coklat. Itu hal yang membuatku bahagia jika bersamanya. Tapi aku tidak tahu bulan ini yudha akan kasih aku surprise apa ia ?
Upz, aku malah mengkhayal saja. Lalu aku bergegas siap-siap untuk berangkat sekolah. Walaupun sedikit bermalas-malasan, aku naik angkutan umum untuk sampai ke sekolah. Diangkot pun aku terlihat tidak semangat, lemas seperti orang yang sedang sakit. Padahal aku baik-baik saja, aku tidak tahu kenapa seperti ini.
Hanya sekitar 20 menit aku sudah sampai di depan sekolah. Ya, sekolah ku tidak begitu jauh dari rumah. Kemudian aku masuk ke gerbang sekolah dan menuju ruang koperasi. Ruang koperasi seperti ruang basecamp untuk aku dan teman-teman, karena kita sering kali berkumpul diruang ini. Tak lama sesampainya aku di koperasi, tiba-tiba syifa adik kelas aku menghampiri.
“Kak, nanti sore pulang sekolah pasti kak Yudha mau ngomong sesuatu sama kakak.” Katanya dengan nada yang serius.
“Mau ngomong apa dia sif ?” Tanyaku dengan penasaran.
“Nanti juga kakak tau sendiri” Jawabnya sembari melambaikan tangannya untukku.
“Hey, Syifa mau kemana? Jawab dulu pertanyaanku.” Kataku sambil memanggil Syifa tetapi dia pergi begitu saja.
Aku sejenak terdiam, dan masih memikirkan perkataan Syifa tadi. Aku engga ngerti apa yang dimaksudnya tadi. Tiba-tiba hati ini berdetak kencang, sepertinya hal yang tidak aku inginkan akan terjadi. Selintas aku berfikir, apa mungkin yudha akan ? Ah, mungkin syifa hanya bercanda. Dia kan memang suka jail anaknya sama kakak kelas yang lainnya. Tetapi pikiran negatif itu datang kembali ke otakku, sumpah mumet banget pikiran aku saat ini. aku hanya bisa diam. Tiba-tiba teman aku datang mengagetkanku.

“Dooor” Teriaknya intul dikupingku
“Eh, copot-copot” kagetku
“apa yang copot si Za? Hahahaa.” Tanya intul dengan nada ngeledek.
“Ih apa-apan si loe, kerjaannya Cuma bikin kaget gw aja” Jawabku dengan nada jutek.
“Wih, santai cuy. Lagi kenapa loe ?” Tanya Intul agak sedikit bingung
“Bingung.” Jawabku dengan nada galak
Intul adalah sahabat aku, dia sangat perduli dengan semua masalah yang aku hadapi. Intul pun terus menanyakan hal yang sedang terjadi padaku. Lalu aku menceritakan perkataan syifa adik kelasku kepada intul.
“Mungkin dia cuma ngerjain loe aja kali Za.” Kata intul dengan nada meyakinkan
“Tapi, engga mungkin tul, pasti ini beneran. Gw yakin banget”. Kataku dengan serius.
            “Atau mungkin Yudha mau kasih surprise buat loe.” Kata intul
“Masa si, Ardi kalau kasih surprise ke gw engga gini tau caranya.” Kataku
Aku pun kembali bercerita dengan sahabatku itu. ya, curhat colongan sebelum masuk kelas. Sudah hampir setengah jam aku bercerita dengan intul. Tetap saja perasaan aku tidak enak. Lalu aku pun memutuskan untuk izin dari sekolah. Aku meminta tolong kepada intul untuk absenkan aku hari ini.
“Uuuuhh, kok gue jadi mumet gini ia tul”. Kataku dengan raut wajah yang kusut.
“Ya ampun udah deh, kaya gini aja loe sampai stres gitu. Biasa aja dong, pikirin pelajaran bukan cowok loe pikirin.” Kata intul dengan nada yang agak galak.
“Namanya juga lagi mumet tul, izinin gw ia tul. Malas sekolah ni gw. Please.” Kataku agak sedikit memohon.
“Ah, loe terlalu diambil pusing banget si, terserah loe deh.” Jawab intul
“Intul baik deh makasih ia.” kataku sambil memeluk intul.
Aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Ya, dari pada aku engga konsen saat belajar dikelas lebih baik aku pulang saja. Saat perjalanan pulang aku tetap memikirkan hal yang sama. Ya ampun, kenapa si kata-kata adik kelasku masih terngiang ditelinga. Hmmm, membuat aku kesal dan boring.
Ketika aku sampai dirumah, aku langsung membuka pintu rumah. Aku melihat ibu sedang menyetrika baju, ibu kaget melihat aku pulang begitu cepat hari ini.
“Kok kamu sudah pulang jam segini?” Tanya ibu dengan bingung.
“Ia bu, tadi aku sampai sekolah ngerasa engga enak badan. Terus aku memutuskan untuk pulang dan izin sekolah”. Jawabku
Setelah ibu menanyakan itu, lalu aku bergegas ke kamar. Aku pun melempar tas, kemudian aku membanting badanku ke tempat tidur. Hmm, perasaanku kembali tidak tenang seperti dihantui rasa takut. Aku bingung, aku coba ingin melupakan hal itu, tapi tidak bisa. Aku pun mencoba untuk tenang dan memejamkan mata ini sejenak. Tapi tiba-tiba handphone ku berdering, seperti ada sms masuk. Lalu aku pun mengambil handphone ku yang berada di dalam tas. Ku buka tas aku kemudian mengambilnya dan segera aku membaca sms itu. Ternyata itu sms dari Hendra temannya Ardi. Hendra menanyakan kenapa aku hari ini tidak masuk sekolah. Hmm, pikirku kenapa bukan Ardi yang sms. Kenapa harus temannya ! Lalu aku pun membalas sms hendra. Beberapa menit kemudian hendra pun membalas sms aku dan dia bilang.
“Oh, Ya sudah kalau gitu, nanti yudha mau kerumah loe. Katanya dia mau ngomong sama loe.” Sms dari Hendra
Aku pikir benar juga apa yang dikatakan syifa tadi, Ardi mau ngomong sesuatu sama aku. Dia mau ngomong apa ya ? Hari ini perasaan aku benar-benar tidak tenang. setiap yang aku lakukan selalu salah, mondar-mandir engga jelas. Aku hanya bisa melihat jam terus menerus, dan menunggu kedatangan Yudha.
Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30, sepertinya sudah jam bubar sekolah. Tiba-tiba jantungku berdetak kencang, kupingku pun terasa panas. Kata ibu, Kalau kuping kita panas berarti ada yang sedang membicarakan kita. Apa mungkin Ardi sedang membicarakan aku. Huuu, pikiran aku terlalu mengada-ngada. Tak lama di luar rumah seperti ada orang yang mengucapkan salam. Pikirku pun langsung kepada Ardi, pasti yang mengucapkan salam itu Ardi. Aku pun perlahan-lahan membuka pintu dan segera melihat orang yang mngucapkan salam. Ternyata benar firasat aku, orang yang megucapkan salam itu Yudha. Dia tersenyum melihat aku keluar, kemudian aku menghampiri Ardi. Aku mempersilahkan dia duduk dikursi depan rumah. Suasana menjadi sangat kaku, seperti aku baru mengenal Ardi saja. Akhirnya Ardi pun menanyakan kenapa aku tidak masuk sekolah tadi, aku pun menjawab bahwa aku merasa tidak enak badan siang tadi. Tiba-tiba suasana menjadi diam sejenak, aku pun langsung menanyakan kepada Ardi hal yang ingin dia bicarakan kepadaku. Tetapi Yudha hanya diam, seperti bingung ingin mulai bicara dari mana.
“Tau engga kamu, aku sayang banget sama kamu. Aku selalu kangen sama kamu, ingin rasanya setiap hari berada disisi kamu. Dari sejak pertama kita kenal dan menjalin hubungan. Rasa sayang aku selalu bertambah untuk kamu. Tapi ternyata semua engga semulus yang aku bayangkan ...” Kata-kata Ardi yang membuatku bingung.
“Kenapa?” Tanyaku.
Ardi hanya tersenyum kecil, melambangkan sesuatu yang mungkin buruk untukku. Dan Ardi memberikan sekotak kecil yang dibungkus kertas warna biru bergambar kelinci.
“Itu hadiah untuk kamu, sebagai hari jadi kita yang ke 5 bulan, terima kasih selama ini kamu udah mengisi hari-hari yang sepi menjadi bahagia. Aku engga akan lupain semua tentang kita. Semua itu menjadi cerita dalam kehidupanku.” Perkataan Ardi
Tapi aku bingung dengan semua ucapan yudha, seperti kata-kata perpisahan yang ia ucapakan untukku. Aku hanya diam dan bimbang, sebenarnya ada apakah ini? Dalam pikiran ku bertanya-tanya. Tanpa sadar air mataku jatuh membasahi pipi ini, semua begitu terlalu cepat untuk diucapkan. Ardi pergi begitu saja, meninggalkan aku dalam kesedihan yang sangat mendalam. Ia meninggalkanku tanpa memberikan kejelasan yang pasti tentang pa yang ia ucapkan untukku.
Ku buka sekotak kecil pemberian dari Ardi. kemudian ku lihat apa yang ada di dalam kotak itu. ternyata kalung yang bermata warna biru. Itu kalung yang aku inginkan saat jalan bersama Ardi waktu itu. semua itu menjadi kenangan dan cerita dalam kehidupanku.

Kamis, 08 Desember 2011

KISAH HIDUP SI PEMULUNG

Pagi yang indah dikala aku membuka mata, kuhirup udara sejuk ini. Begitu tenang jiwa ragaku ingin sekali suasana pagi terus seperti ini, tetapi semua yang ku bayangkan tidak akan menjadi nyata. Aku hanya seorang anak pemulung yang tinggal di kolong jembatan. Hanya berbekal kardus dan tas yang lusuh  untuk aku pakai sebagai alas tidur.  Aku tinggal bersama ibu, adik kecilku dan orang-orang yang berstatus sama seperti aku. Ya, sekitar lima belas orang yang tinggal ditempat kumuh ini. Mereka hanya berbekal seadanya sama seperti aku.
Aku berumur 17 tahun dan adikku 5 tahun. Sudah lama aku dan mereka terbuang di tempat ini, sangat mudah untuk disingkirkan. Ditengah ketidakadilan dalam hidup, bertahan menerima keadaan dan berjuang untuk hidup. Aku dan mereka bukan pemalas yang ingin mendapatkan belas kasih dari orang-orang. Tetapi aku hidup seperti ini adalah cobaan yang sudah di takdirkan oleh Yang Maha Kuasa. Aku hanya menerima dengan ikhlas, walaupun hati ini kadang ingin memberontak. Kenapa aku tidak bisa seperti orang yang layak untuk hidup didunia ini. kadang hati ini ingin marah kepada sang pencipta, tetapi ibu selalu memberikan nasehat yang bijaksana kepadaku.
“ Nak janganlah kamu sesali hidup seperti ini, kita harus mensyukuri segala nikmat yang sudah diberikan oleh Yang Maha Kuasa”. Kata-kata itu selalu aku ingat, dan hanya ibu yang dapat mencairkan suasana hatiku menjadi tenang.
Kehidupan ini sudah lama aku jalani, tidak ada perubahan sama sekali. Tetap saja yang aku kerjakan setiap harinya memungut sampah-sampah yang dapat aku jual kembali ke lapak barang bekas. Dengan berbekal tas keranjang dan sarung tangan. Aku bukan pengemis yang selalu meminta-minta kepada orang-orang yang lewat dihadapanku. Mereka selalu memandang diriku sebelah mata, yang mereka tahu aku hanya orang yang tak pantas berada dekat mereka. terkadang aku sangat sedih dengan kehidupan ini, aku lelah dan letih. Tetapi aku harus tegar menjalani kehidupan yang keras ini.
Saat aku berjalan mengambil sebotol aqua yang berada di tempat sampah depan sekolah, aku terdiam. Melihat anak-anak sekolah, aku ingin seperti mereka yang bisa bersekolah. Aku sama sekali tidak pernah merasakan bangku sekolah. Membaca dan meulis pun aku tidak bisa, karena keadaan lah yang membuatku seperti ini. Aku sadar, aku dilahirkan dari keluarga yang tak mampu. Tempat tinggalku saja bukan rumah, hanya kardus saja sebagai alas tidurku. Aku sangat iri kepada mereka, mereka bisa hidup dengan bahagia. Tapi aku sejak kecil sudah diajarkan untuk mencari uang dan menerima kenyataan hidup. Sebentar saja aku diam melihat kedalam sekolah itu, tiba-tiba orang berpakaian putih yang memakai topi mengenakan celana panjang menghampiriku. Ya, bisa dibilang ia satpam sekolahan itu. Dan ia berkata “ Hey, kamu pergi sana !”. ia mengusirku dengan nada suara yang kasar, seakan-akan aku sangat hina dan tak pantas untuk masuk kedalam. Mungkin karena pakaian yang aku kenakan compang camping dan sangat kotor. Lalu aku pun pergi, tetapi mata ini masih tertuju kedalam sekolah itu.
Ketika aku kembali pulang, aku hanya diam dan meletakan tas keranjangku disamping tumpukan sampah yang sudah didapati ibu. Tiba-tiba ibu bertanya kepadaku.
“kamu kenapa nak ? ko terlihat lemas”. tanya ibu sambil merapikan botol-botol bekas.
“Aku tidak apa-apa bu”. Jawabku dengan nada rendah.
“Ya sudah kalau begitu tolong jaga adikmu, ibu mau menjual barang bekas ini ke lapak”. Kata Ibu dengan nada lemah lembut.
“iya bu”. Jawabku sambil menghampiri adikku.
Saat ibu pergi aku pun bercanda tawa dengan adikku, satu hal yang membuatku sangat sedih. Ketika adikku bertnya kepadaku :
 “Kak, kenapa kita tinggalnya disini ? Kenapa kita tidak punya rumah seperti itu. Aku ingin tinggal dirumah, terus punya banyak mainan juga”. kata-kata itu membuat aku meneteskan air mata, aku hanya bisa diam dan memeluk adikku.
Tak lama ibu sudah pulang dan melihat aku meneteskan air mata. Ibu kembali bertanya kepadaku, tapi aku hanya diam. Saat itu adikku yang menjawab, ia bilang kepada ibu. “Kakak menangis saat aku bertanya kenapa kita tidak punya rumah? Aku ingin memiliki rumah dan mainan yang banyak bu, tapi kakak tidak menjawab pertanyaan aku”. Mendengar perkataan adikku ibu tersenyum kecil, senyuman itu memiliki makna yang dalam. Ibu selalu mengeluarkan kata-kata yang bijaksana. Ibu bilang kepada adikku, suatu saat nanti pasti kita akan memiliki rumah nak. Jika Allah sudah mengizinkan kita untuk pindah dari tempat ini.

Jumat, 02 Desember 2011

Penantian

Indah bila membayangkannya..

Namun begitu menyakitkan bila mengingatnya..

masa lalu membuatku teringat dalam kesedihan..

keterpurukan saat kesendirian..

gelapnya hati yang suram..

begitu menyedihkan..

yaa....

disini aku selalu menanti..

menanti cahaya datang..

untuk menerangi gelapnya hati ini..

Sahabat

Hmmmm....


Sejenak terpikir membayangkan persahabatan yang indah..

mereka saling bercanda,,,

tawa..

dan bercerita..

Yaa....makna sahabat..

Apa sebenarnya makna sahabat itu??

mereka bilang sahabat itu saling berbagi..

Dikala senang maupun susah..

yaa...

mungkin memang benar pernyataan seperti itu..

tapi, aku belum merasakan makna sahabat

yang sebenarnya..

yang aku tahu mereka bersahabat hanya sekedar saja..

tanpa ada makna dari persahabatan itu..


Rabu, 30 November 2011

KEONG EMAS

Di Kerajaan Daha, hiduplah dua orang putri yang sangat cantik jelita. Putri nan cantik jelita tersebut bernama Candra Kirana dan Dewi Galuh. Kedua putri Raja tersebut hidup sangat bahagia dan serba kecukupan.
Hingga suatu hari datanglah seorang pangeran yang sangat tampan dari Kerajaan Kahuripan ke Kerajaan Daha. Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapati. Maksud kedatangannya ke Kerajaan Daha adalah untuk melamar Candra Kirana. Kedatangan Raden Inu Kertapati sangat disambut baik oleh Raja Kertamarta, dan akhirnya Candra Kirana ditunangkan dengan Raden Inu Kertapati.
Pertunangan itu ternyata membuat Dewi Galuh merasa iri. Kerena dia merasa kalau Raden Inu Kertapati lebih cocok untuk dirinya. Oleh karena itu Dewi Galuh lalu pergi ke rumah Nenek Sihir. Dia meminta agar nenek sihir itu menyihir Candra Kirana menjadi sesuatu yang menjijikkan dan dijauhkan dari Raden Inu. Nenek Sihir pun menyetujui permintaan Dewi Galuh, dan menyihir Candra Kirana menjadi Keong Emas, lalu membuangnya ke sungai.
Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas terangkut dalam jalanya tersebut. Keong Emas itu lalu dibawanya pulang dan ditaruh di tempayan. Besoknya nenek itu mencari ikan lagi di sungai, tetapi tak mendapat ikan seekorpun. Kemudian Nenek tersebut memutuskan untuk pulang saja, sesampainya di rumah ia sangat kaget sekali, karena di meja sudah tersedia masakan yang sangat enak-enak. Si nenek bertanya-tanya pada dirinya sendiri, siapa yang memgirim masakan ini.
Begitu pula hari-hari berikutnya si nenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek ingin mengintip apa yang terjadi pada saat dia pergi mencari ikan. Nenek itu lalu berpura-pura pergi ke sungai untuk mencari ikan seperti biasanya, lalu pergi ke belakang rumah untuk mengintipnya. Setelah beberapa saat, si nenek sangat terkejut. Karena keong emas yang ada ditempayan berubah wujud menjadi gadis cantik. Gadis tersebut lalu memasak dan menyiapkan masakan tersebut di meja. Karena merasa penasaran, lalu nenek tersebut memberanikan diri untuk menegur putri nan cantik itu. “Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?”, tanya si nenek. "Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh nenek sihir utusan saudaraku karena merasa iri kepadaku", kata keong emas. Setelah menjawab pertanyaan dari nenek, Candra Kirana berubah lagi menjadi Keong Emas, dan nenek sangat terheran-heran.
Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra kirana menghilang. Iapun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihirpun akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati Kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang salah. Diperjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik Ia menolong Raden Inu dari burung gagak itu.
Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung itu menjadi asap. Akhirnya Raden Inu diberitahu dimana Candra Kirana berada, disuruhnya raden itu pergi kedesa dadapan. Setelah berjalan berhari-hari sampailah ia kedesa Dadapan Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Di gubuk itu ia sangat terkejut, karena dari balik jendela ia melihat Candra Kirana sedang memasak. Akhirnya sihir dari nenek sihir pun hilang karena perjumpaan itu. Akhirnya Raden Inu memboyong tunangannya beserta nenek yang baik hati tersebut ke istana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Dewi Galuh pada Baginda Kertamarta.
Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Dewi Galuh lalu mendapat hukuman yang setimpal. Karena Dewi Galuh merasa takut, maka dia melarikan diri ke hutan. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapati pun berlangsung, dan pesta tersebut sangat meriah. Akhirnya mereka hidup bahagia.