BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Kamis, 22 Desember 2011

CAHAYA DALAM KEGELAPAN

Aku disini berdiri diatas tebing yang tinggi, melihat semua pemandangan yang sangat menajubkan. Keindahan ini adalah surga dunia yang tidak ternilai harganya. Angin terasa begitu sejuk seakan-akan angin mengajakku menari dan ombak yang menderung bagaikan tabuhan gendang. Terasa begitu sempurna dan indah.
Aku menghirup udara dan merasakan suasana ini, berdiri sendri memandang hamparan luas lautan. Tak ingin satu pun terlewat dari tatapan mataku. Aku pun memejamkan mata ini membayangkan kebahagiaan yang begitu sempurna.
Tetapi sejenak ku pejamkan mata ini, tiba-tiba saat ku membuka mata semua hilang dan musnah. Angin yang sedang mengajakku menari berubah menjadi badai dan ombak yang menderung bagaikan tabuhan gendang berubah menjad gulungan air yang besar, seperti akan siap untuk menelanku hidup-hidup. Aku berlari dan terus berlari, entah kemana kaki ini terus melangkah. Aku dimana, aku dimana ? Semua jalan kutelusuri, aku tersesat dalam kegelapan. Tempat apa ini ? disekelilingku hanya da kegelapan yang begitu kelam. Aku tidak bisa melihat sedikit pun, tak ada cahaya di tempat. Kemudian aku telusuri kegelapan ini, aku yakin disuatu tempat ada cahaya yang sedang menungguku. Menunggu untuk aku bisa menemukannya, lalu aku terus berjalan dan berjalan. Tak ada rasa lelah, aku terus melangkah dengan semangat. Keyakinan yang membuatku bersemangat untuk dapat menemukan cahaya itu.
Dari kejauhan ada setitik cahaya terang dalam kegelapan ini seolah-olah titik cahaya itu memberitahukan aku bahwa aku harus mendekatinya.  aku pun langsung bergegas untuk menghampiri sinar itu, aku pun tersenyum lega. Ternyata dari sudut yang ku tempuh,  kumelihat cahaya itu bersinar terang. pencarian aku pun berakhir sampai disini, karena tempat inilah yang kucari.

KALUNG BIRU DARIMU

Panasnya matahari membuatku malas untuk berangkat sekolah. Ya, hari ini aku masuk siang. Engga tau kenapa hari ini aku malas banget pergi sekolah, ingin di rumah saja. Tapi masa aku engga masuk, aku kan pengen ketemu sama Yudha.
Ya, Ardiansyah, orang yang menurutku ganteng, cool dan bermata sipit. Dia adalah pacarku, aku sudah menjalin hubungan selama 5 bulan. Setiap bulan hari jadi kita, Ardi selalu kasih surprise untukku. Dia selalu memberi aku boneka, bunga dan coklat. Itu hal yang membuatku bahagia jika bersamanya. Tapi aku tidak tahu bulan ini yudha akan kasih aku surprise apa ia ?
Upz, aku malah mengkhayal saja. Lalu aku bergegas siap-siap untuk berangkat sekolah. Walaupun sedikit bermalas-malasan, aku naik angkutan umum untuk sampai ke sekolah. Diangkot pun aku terlihat tidak semangat, lemas seperti orang yang sedang sakit. Padahal aku baik-baik saja, aku tidak tahu kenapa seperti ini.
Hanya sekitar 20 menit aku sudah sampai di depan sekolah. Ya, sekolah ku tidak begitu jauh dari rumah. Kemudian aku masuk ke gerbang sekolah dan menuju ruang koperasi. Ruang koperasi seperti ruang basecamp untuk aku dan teman-teman, karena kita sering kali berkumpul diruang ini. Tak lama sesampainya aku di koperasi, tiba-tiba syifa adik kelas aku menghampiri.
“Kak, nanti sore pulang sekolah pasti kak Yudha mau ngomong sesuatu sama kakak.” Katanya dengan nada yang serius.
“Mau ngomong apa dia sif ?” Tanyaku dengan penasaran.
“Nanti juga kakak tau sendiri” Jawabnya sembari melambaikan tangannya untukku.
“Hey, Syifa mau kemana? Jawab dulu pertanyaanku.” Kataku sambil memanggil Syifa tetapi dia pergi begitu saja.
Aku sejenak terdiam, dan masih memikirkan perkataan Syifa tadi. Aku engga ngerti apa yang dimaksudnya tadi. Tiba-tiba hati ini berdetak kencang, sepertinya hal yang tidak aku inginkan akan terjadi. Selintas aku berfikir, apa mungkin yudha akan ? Ah, mungkin syifa hanya bercanda. Dia kan memang suka jail anaknya sama kakak kelas yang lainnya. Tetapi pikiran negatif itu datang kembali ke otakku, sumpah mumet banget pikiran aku saat ini. aku hanya bisa diam. Tiba-tiba teman aku datang mengagetkanku.

“Dooor” Teriaknya intul dikupingku
“Eh, copot-copot” kagetku
“apa yang copot si Za? Hahahaa.” Tanya intul dengan nada ngeledek.
“Ih apa-apan si loe, kerjaannya Cuma bikin kaget gw aja” Jawabku dengan nada jutek.
“Wih, santai cuy. Lagi kenapa loe ?” Tanya Intul agak sedikit bingung
“Bingung.” Jawabku dengan nada galak
Intul adalah sahabat aku, dia sangat perduli dengan semua masalah yang aku hadapi. Intul pun terus menanyakan hal yang sedang terjadi padaku. Lalu aku menceritakan perkataan syifa adik kelasku kepada intul.
“Mungkin dia cuma ngerjain loe aja kali Za.” Kata intul dengan nada meyakinkan
“Tapi, engga mungkin tul, pasti ini beneran. Gw yakin banget”. Kataku dengan serius.
            “Atau mungkin Yudha mau kasih surprise buat loe.” Kata intul
“Masa si, Ardi kalau kasih surprise ke gw engga gini tau caranya.” Kataku
Aku pun kembali bercerita dengan sahabatku itu. ya, curhat colongan sebelum masuk kelas. Sudah hampir setengah jam aku bercerita dengan intul. Tetap saja perasaan aku tidak enak. Lalu aku pun memutuskan untuk izin dari sekolah. Aku meminta tolong kepada intul untuk absenkan aku hari ini.
“Uuuuhh, kok gue jadi mumet gini ia tul”. Kataku dengan raut wajah yang kusut.
“Ya ampun udah deh, kaya gini aja loe sampai stres gitu. Biasa aja dong, pikirin pelajaran bukan cowok loe pikirin.” Kata intul dengan nada yang agak galak.
“Namanya juga lagi mumet tul, izinin gw ia tul. Malas sekolah ni gw. Please.” Kataku agak sedikit memohon.
“Ah, loe terlalu diambil pusing banget si, terserah loe deh.” Jawab intul
“Intul baik deh makasih ia.” kataku sambil memeluk intul.
Aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Ya, dari pada aku engga konsen saat belajar dikelas lebih baik aku pulang saja. Saat perjalanan pulang aku tetap memikirkan hal yang sama. Ya ampun, kenapa si kata-kata adik kelasku masih terngiang ditelinga. Hmmm, membuat aku kesal dan boring.
Ketika aku sampai dirumah, aku langsung membuka pintu rumah. Aku melihat ibu sedang menyetrika baju, ibu kaget melihat aku pulang begitu cepat hari ini.
“Kok kamu sudah pulang jam segini?” Tanya ibu dengan bingung.
“Ia bu, tadi aku sampai sekolah ngerasa engga enak badan. Terus aku memutuskan untuk pulang dan izin sekolah”. Jawabku
Setelah ibu menanyakan itu, lalu aku bergegas ke kamar. Aku pun melempar tas, kemudian aku membanting badanku ke tempat tidur. Hmm, perasaanku kembali tidak tenang seperti dihantui rasa takut. Aku bingung, aku coba ingin melupakan hal itu, tapi tidak bisa. Aku pun mencoba untuk tenang dan memejamkan mata ini sejenak. Tapi tiba-tiba handphone ku berdering, seperti ada sms masuk. Lalu aku pun mengambil handphone ku yang berada di dalam tas. Ku buka tas aku kemudian mengambilnya dan segera aku membaca sms itu. Ternyata itu sms dari Hendra temannya Ardi. Hendra menanyakan kenapa aku hari ini tidak masuk sekolah. Hmm, pikirku kenapa bukan Ardi yang sms. Kenapa harus temannya ! Lalu aku pun membalas sms hendra. Beberapa menit kemudian hendra pun membalas sms aku dan dia bilang.
“Oh, Ya sudah kalau gitu, nanti yudha mau kerumah loe. Katanya dia mau ngomong sama loe.” Sms dari Hendra
Aku pikir benar juga apa yang dikatakan syifa tadi, Ardi mau ngomong sesuatu sama aku. Dia mau ngomong apa ya ? Hari ini perasaan aku benar-benar tidak tenang. setiap yang aku lakukan selalu salah, mondar-mandir engga jelas. Aku hanya bisa melihat jam terus menerus, dan menunggu kedatangan Yudha.
Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30, sepertinya sudah jam bubar sekolah. Tiba-tiba jantungku berdetak kencang, kupingku pun terasa panas. Kata ibu, Kalau kuping kita panas berarti ada yang sedang membicarakan kita. Apa mungkin Ardi sedang membicarakan aku. Huuu, pikiran aku terlalu mengada-ngada. Tak lama di luar rumah seperti ada orang yang mengucapkan salam. Pikirku pun langsung kepada Ardi, pasti yang mengucapkan salam itu Ardi. Aku pun perlahan-lahan membuka pintu dan segera melihat orang yang mngucapkan salam. Ternyata benar firasat aku, orang yang megucapkan salam itu Yudha. Dia tersenyum melihat aku keluar, kemudian aku menghampiri Ardi. Aku mempersilahkan dia duduk dikursi depan rumah. Suasana menjadi sangat kaku, seperti aku baru mengenal Ardi saja. Akhirnya Ardi pun menanyakan kenapa aku tidak masuk sekolah tadi, aku pun menjawab bahwa aku merasa tidak enak badan siang tadi. Tiba-tiba suasana menjadi diam sejenak, aku pun langsung menanyakan kepada Ardi hal yang ingin dia bicarakan kepadaku. Tetapi Yudha hanya diam, seperti bingung ingin mulai bicara dari mana.
“Tau engga kamu, aku sayang banget sama kamu. Aku selalu kangen sama kamu, ingin rasanya setiap hari berada disisi kamu. Dari sejak pertama kita kenal dan menjalin hubungan. Rasa sayang aku selalu bertambah untuk kamu. Tapi ternyata semua engga semulus yang aku bayangkan ...” Kata-kata Ardi yang membuatku bingung.
“Kenapa?” Tanyaku.
Ardi hanya tersenyum kecil, melambangkan sesuatu yang mungkin buruk untukku. Dan Ardi memberikan sekotak kecil yang dibungkus kertas warna biru bergambar kelinci.
“Itu hadiah untuk kamu, sebagai hari jadi kita yang ke 5 bulan, terima kasih selama ini kamu udah mengisi hari-hari yang sepi menjadi bahagia. Aku engga akan lupain semua tentang kita. Semua itu menjadi cerita dalam kehidupanku.” Perkataan Ardi
Tapi aku bingung dengan semua ucapan yudha, seperti kata-kata perpisahan yang ia ucapakan untukku. Aku hanya diam dan bimbang, sebenarnya ada apakah ini? Dalam pikiran ku bertanya-tanya. Tanpa sadar air mataku jatuh membasahi pipi ini, semua begitu terlalu cepat untuk diucapkan. Ardi pergi begitu saja, meninggalkan aku dalam kesedihan yang sangat mendalam. Ia meninggalkanku tanpa memberikan kejelasan yang pasti tentang pa yang ia ucapkan untukku.
Ku buka sekotak kecil pemberian dari Ardi. kemudian ku lihat apa yang ada di dalam kotak itu. ternyata kalung yang bermata warna biru. Itu kalung yang aku inginkan saat jalan bersama Ardi waktu itu. semua itu menjadi kenangan dan cerita dalam kehidupanku.

Kamis, 08 Desember 2011

KISAH HIDUP SI PEMULUNG

Pagi yang indah dikala aku membuka mata, kuhirup udara sejuk ini. Begitu tenang jiwa ragaku ingin sekali suasana pagi terus seperti ini, tetapi semua yang ku bayangkan tidak akan menjadi nyata. Aku hanya seorang anak pemulung yang tinggal di kolong jembatan. Hanya berbekal kardus dan tas yang lusuh  untuk aku pakai sebagai alas tidur.  Aku tinggal bersama ibu, adik kecilku dan orang-orang yang berstatus sama seperti aku. Ya, sekitar lima belas orang yang tinggal ditempat kumuh ini. Mereka hanya berbekal seadanya sama seperti aku.
Aku berumur 17 tahun dan adikku 5 tahun. Sudah lama aku dan mereka terbuang di tempat ini, sangat mudah untuk disingkirkan. Ditengah ketidakadilan dalam hidup, bertahan menerima keadaan dan berjuang untuk hidup. Aku dan mereka bukan pemalas yang ingin mendapatkan belas kasih dari orang-orang. Tetapi aku hidup seperti ini adalah cobaan yang sudah di takdirkan oleh Yang Maha Kuasa. Aku hanya menerima dengan ikhlas, walaupun hati ini kadang ingin memberontak. Kenapa aku tidak bisa seperti orang yang layak untuk hidup didunia ini. kadang hati ini ingin marah kepada sang pencipta, tetapi ibu selalu memberikan nasehat yang bijaksana kepadaku.
“ Nak janganlah kamu sesali hidup seperti ini, kita harus mensyukuri segala nikmat yang sudah diberikan oleh Yang Maha Kuasa”. Kata-kata itu selalu aku ingat, dan hanya ibu yang dapat mencairkan suasana hatiku menjadi tenang.
Kehidupan ini sudah lama aku jalani, tidak ada perubahan sama sekali. Tetap saja yang aku kerjakan setiap harinya memungut sampah-sampah yang dapat aku jual kembali ke lapak barang bekas. Dengan berbekal tas keranjang dan sarung tangan. Aku bukan pengemis yang selalu meminta-minta kepada orang-orang yang lewat dihadapanku. Mereka selalu memandang diriku sebelah mata, yang mereka tahu aku hanya orang yang tak pantas berada dekat mereka. terkadang aku sangat sedih dengan kehidupan ini, aku lelah dan letih. Tetapi aku harus tegar menjalani kehidupan yang keras ini.
Saat aku berjalan mengambil sebotol aqua yang berada di tempat sampah depan sekolah, aku terdiam. Melihat anak-anak sekolah, aku ingin seperti mereka yang bisa bersekolah. Aku sama sekali tidak pernah merasakan bangku sekolah. Membaca dan meulis pun aku tidak bisa, karena keadaan lah yang membuatku seperti ini. Aku sadar, aku dilahirkan dari keluarga yang tak mampu. Tempat tinggalku saja bukan rumah, hanya kardus saja sebagai alas tidurku. Aku sangat iri kepada mereka, mereka bisa hidup dengan bahagia. Tapi aku sejak kecil sudah diajarkan untuk mencari uang dan menerima kenyataan hidup. Sebentar saja aku diam melihat kedalam sekolah itu, tiba-tiba orang berpakaian putih yang memakai topi mengenakan celana panjang menghampiriku. Ya, bisa dibilang ia satpam sekolahan itu. Dan ia berkata “ Hey, kamu pergi sana !”. ia mengusirku dengan nada suara yang kasar, seakan-akan aku sangat hina dan tak pantas untuk masuk kedalam. Mungkin karena pakaian yang aku kenakan compang camping dan sangat kotor. Lalu aku pun pergi, tetapi mata ini masih tertuju kedalam sekolah itu.
Ketika aku kembali pulang, aku hanya diam dan meletakan tas keranjangku disamping tumpukan sampah yang sudah didapati ibu. Tiba-tiba ibu bertanya kepadaku.
“kamu kenapa nak ? ko terlihat lemas”. tanya ibu sambil merapikan botol-botol bekas.
“Aku tidak apa-apa bu”. Jawabku dengan nada rendah.
“Ya sudah kalau begitu tolong jaga adikmu, ibu mau menjual barang bekas ini ke lapak”. Kata Ibu dengan nada lemah lembut.
“iya bu”. Jawabku sambil menghampiri adikku.
Saat ibu pergi aku pun bercanda tawa dengan adikku, satu hal yang membuatku sangat sedih. Ketika adikku bertnya kepadaku :
 “Kak, kenapa kita tinggalnya disini ? Kenapa kita tidak punya rumah seperti itu. Aku ingin tinggal dirumah, terus punya banyak mainan juga”. kata-kata itu membuat aku meneteskan air mata, aku hanya bisa diam dan memeluk adikku.
Tak lama ibu sudah pulang dan melihat aku meneteskan air mata. Ibu kembali bertanya kepadaku, tapi aku hanya diam. Saat itu adikku yang menjawab, ia bilang kepada ibu. “Kakak menangis saat aku bertanya kenapa kita tidak punya rumah? Aku ingin memiliki rumah dan mainan yang banyak bu, tapi kakak tidak menjawab pertanyaan aku”. Mendengar perkataan adikku ibu tersenyum kecil, senyuman itu memiliki makna yang dalam. Ibu selalu mengeluarkan kata-kata yang bijaksana. Ibu bilang kepada adikku, suatu saat nanti pasti kita akan memiliki rumah nak. Jika Allah sudah mengizinkan kita untuk pindah dari tempat ini.

Jumat, 02 Desember 2011

Penantian

Indah bila membayangkannya..

Namun begitu menyakitkan bila mengingatnya..

masa lalu membuatku teringat dalam kesedihan..

keterpurukan saat kesendirian..

gelapnya hati yang suram..

begitu menyedihkan..

yaa....

disini aku selalu menanti..

menanti cahaya datang..

untuk menerangi gelapnya hati ini..

Sahabat

Hmmmm....


Sejenak terpikir membayangkan persahabatan yang indah..

mereka saling bercanda,,,

tawa..

dan bercerita..

Yaa....makna sahabat..

Apa sebenarnya makna sahabat itu??

mereka bilang sahabat itu saling berbagi..

Dikala senang maupun susah..

yaa...

mungkin memang benar pernyataan seperti itu..

tapi, aku belum merasakan makna sahabat

yang sebenarnya..

yang aku tahu mereka bersahabat hanya sekedar saja..

tanpa ada makna dari persahabatan itu..


Rabu, 30 November 2011

KEONG EMAS

Di Kerajaan Daha, hiduplah dua orang putri yang sangat cantik jelita. Putri nan cantik jelita tersebut bernama Candra Kirana dan Dewi Galuh. Kedua putri Raja tersebut hidup sangat bahagia dan serba kecukupan.
Hingga suatu hari datanglah seorang pangeran yang sangat tampan dari Kerajaan Kahuripan ke Kerajaan Daha. Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kertapati. Maksud kedatangannya ke Kerajaan Daha adalah untuk melamar Candra Kirana. Kedatangan Raden Inu Kertapati sangat disambut baik oleh Raja Kertamarta, dan akhirnya Candra Kirana ditunangkan dengan Raden Inu Kertapati.
Pertunangan itu ternyata membuat Dewi Galuh merasa iri. Kerena dia merasa kalau Raden Inu Kertapati lebih cocok untuk dirinya. Oleh karena itu Dewi Galuh lalu pergi ke rumah Nenek Sihir. Dia meminta agar nenek sihir itu menyihir Candra Kirana menjadi sesuatu yang menjijikkan dan dijauhkan dari Raden Inu. Nenek Sihir pun menyetujui permintaan Dewi Galuh, dan menyihir Candra Kirana menjadi Keong Emas, lalu membuangnya ke sungai.
Suatu hari seorang nenek sedang mencari ikan dengan jala, dan keong emas terangkut dalam jalanya tersebut. Keong Emas itu lalu dibawanya pulang dan ditaruh di tempayan. Besoknya nenek itu mencari ikan lagi di sungai, tetapi tak mendapat ikan seekorpun. Kemudian Nenek tersebut memutuskan untuk pulang saja, sesampainya di rumah ia sangat kaget sekali, karena di meja sudah tersedia masakan yang sangat enak-enak. Si nenek bertanya-tanya pada dirinya sendiri, siapa yang memgirim masakan ini.
Begitu pula hari-hari berikutnya si nenek menjalani kejadian serupa, keesokan paginya nenek ingin mengintip apa yang terjadi pada saat dia pergi mencari ikan. Nenek itu lalu berpura-pura pergi ke sungai untuk mencari ikan seperti biasanya, lalu pergi ke belakang rumah untuk mengintipnya. Setelah beberapa saat, si nenek sangat terkejut. Karena keong emas yang ada ditempayan berubah wujud menjadi gadis cantik. Gadis tersebut lalu memasak dan menyiapkan masakan tersebut di meja. Karena merasa penasaran, lalu nenek tersebut memberanikan diri untuk menegur putri nan cantik itu. “Siapakah kamu ini putri cantik, dan dari mana asalmu?”, tanya si nenek. "Aku adalah putri kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh nenek sihir utusan saudaraku karena merasa iri kepadaku", kata keong emas. Setelah menjawab pertanyaan dari nenek, Candra Kirana berubah lagi menjadi Keong Emas, dan nenek sangat terheran-heran.
Sementara pangeran Inu Kertapati tak mau diam saja ketika tahu candra kirana menghilang. Iapun mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa. Nenek sihirpun akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakakan Raden Inu Kertapati. Raden Inu Kertapati Kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya padahal raden Inu diberikan arah yang salah. Diperjalanan Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek adalah orang sakti yang baik Ia menolong Raden Inu dari burung gagak itu.
Kakek itu memukul burung gagak dengan tongkatnya, dan burung itu menjadi asap. Akhirnya Raden Inu diberitahu dimana Candra Kirana berada, disuruhnya raden itu pergi kedesa dadapan. Setelah berjalan berhari-hari sampailah ia kedesa Dadapan Ia menghampiri sebuah gubuk yang dilihatnya untuk meminta seteguk air karena perbekalannya sudah habis. Di gubuk itu ia sangat terkejut, karena dari balik jendela ia melihat Candra Kirana sedang memasak. Akhirnya sihir dari nenek sihir pun hilang karena perjumpaan itu. Akhirnya Raden Inu memboyong tunangannya beserta nenek yang baik hati tersebut ke istana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Dewi Galuh pada Baginda Kertamarta.
Baginda minta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya. Dewi Galuh lalu mendapat hukuman yang setimpal. Karena Dewi Galuh merasa takut, maka dia melarikan diri ke hutan. Akhirnya pernikahan Candra kirana dan Raden Inu Kertapati pun berlangsung, dan pesta tersebut sangat meriah. Akhirnya mereka hidup bahagia.

Teater Kapai-Kapai

I.1 Pendahuluan
Drama (Yunani Kuno: δρμα) adalah satu bentuk karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti "aksi", "perbuatan". Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera.                
I.2 Tujuan dari pementasan secara umum dan tujuan khusus
            Tujuan pementasan ini agar masyarakat lebih mengghargai dan mengapresiasikan karya sastra, dan mengenalkan kepada masyarakat tentang bentuk pertunjukan.         
I.3 Manfaat dari naskah . dan misi atau manfaat untuk pemain dan penonton
            Naskah ini mengandung banyak nilai social, jadi manfaat naskah ini lebih mengajarkan kepada pemain maupun penonto agar lebih mengerti kehidupan dan jangan hanya bermimpi tapi dilakukan dengan usaha.           

BAB II
II.1 Kajian teori  Drama
II.2 Ringkasan cerita
Cerita dimulai ketika tokoh Emak mendongengkan kepada Abu tentang Pangeran dan Sang Putri yang selalu bahagia karena memiliki cermin Tipu Daya. Dengan cerita itu abu diberi Emak impian-impian duniawai yang bagus. Kebahagiaan yang dicari Abu menurut Emak ada di dunia ini walaupun letaknya sangat jauh, yaitu di ujung dunia. Abu dalam keraguan dan penasaran menanyakan di mana ujung dunia, tempat kebahagiaan itu kepada Burung, Katak, Rumput, Pohon, Air, Batu, dan Kambing. Hinggan Abu bertemu kakek  yang menyakinkan ia bahwa kebahagiaan itu ada jika memiliki cermin sejati, cermin yang mampu melahirkan kejujuran dan kesadaran pada kekinian. Tapi Abu selalu terbuai kembali dengan cerita Emak. Tiba-tiba abu tersentak dari lamunannya oleh bentakan Iyem dan ribuan majikan. Namun emak, dibantu oleh tokoh Bulan dengan sinarnya , tetap mencoba menghibur Abu dengan melanjutkan dongeng tentang kehebatan Pangeran saat mendapatkan kekayaan dengan Cermin Tipu Daya. Makin hebatlah lamunan Abu.
Melalui tokoh Yang Kelam, di ungkapkan bahwa abu mulai menua. Yang Kelam membuat dahi Abu berkerut dan badannnya makin lemah. Abu bersedih, tertegun memikirkan nasibnya. Namun Emaknya tetap menganjurkan agar Abu berbahagia dengan menggunakan Cermin Tipu Daya. Emak pun minta bantuan Rombongan Lenong untuk menghibur Abu dan Menyampaikan cerita Sang Pangeran, Raja Jin, Sang Putri, dan Cermin Tipu Daya.
Tokoh Emak juga memperingatkan Yang Kelam tentang tugasnya menambah penderitaan Abu. Emak mulai mempercakapkan tentang kematian kepada Abu. Dikatakannya bahwa nisan Abu kelak harus terbuat dari cahaya.
Makin berat tugas dan penderitaan Abu menghadapi majikan. Panggilan dengan bel dan teriakan terus-menerus. Disamping itu Abu pun mulai lebih banyak menghadapi Yang Kelam, yang bertugas memperlihatkan usia hidup Abu sebagai manusia. Yaitu menjadi tua dan mati. Dalam kedaan demikian Abu dan Iyem berpacu dengan sang waktu sambil Emak terus mengatakan bahwa Abu pasti berhasil mendapatkan cermin. Beberapa langkah lagi Abu akan mencapai ujung dunia.
Saat-saat Abu mendekati tujuan untuk mendapatkan cermin(kepuasan hidup yang dikejar-kejarnya). Mendekati ujung dunia, tokoh Emak berbalik menjadi pembunuh Abu. Akhirnya Abu mendapatkan cermin yang didambakannya ujung dunia yang hendak dicapainya, tetapi itu tidak lain adalah akhir hayatnya. Diungkapkanlah bagian akhir Kakek dan yang lainnya mengantarkan jenazah Abu ke pemakaman.
  
BAB III
III.1 Unsur-Unsur intrinsic dan ekstrinsik
III.1.a Unsur Intrinsik
a)      Tema                  :  Seseorang yang hidup dalam kemiskinan dan terlalu banyak bermimpi.
b)      Alur                    :  alur yang di gunakan adalah alur Maju
c)      Gaya bahasa       :  dalam teater ini menggunakan makna Denotasi, dan terdapat puisi  dan pantun
d)     Latar                   :
·         Tempat : Rumah Abu, Pabrik, di Jalan.
·         Waktu : malam, pagi, dan siang.
·         Suasana: Menyenangkan dan menyedihkan
e)      Tokoh dan watak  :
1.    Emak                     : Licik, dan pembuai
2.    Abu                        : Pemalas, miskin, dan selalu bermimpi
3.    Iyem                      : Cerewet, dan Suka marah-marah
4.    Yang Kelam          : Jahat,
5.    Bulan                     : Baik, tidak tegaan, dan mudah menangis
6.    Majikan I               : Gagah, garang atau galak
7.    Majikan 2               : Baik, lebih mengerti Abu
8.    Pengeran tampan   : Penghibur, penolong. Dan lucu
9.    Putri cina               : Genit
10.  Jin Baghdad          : Jahat
11.  Kakek                    : Baik hati
12.  Bel                         : Penolong
13.  Pasukan yang kelam
14.  koor
f)       Sudut Pandang  :  Sudut Pandang yang digunakan adalah Sudt pandang orang ketiga
g)      Amanat              : jika kita ingin sukses kita harus berusah janfgan hanya bermimpi dan berkhayal
III.1.b Unsur Ekstrinsik
a.       Nilai sosiologi
Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan, teman sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte (1798-1857). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat.

Sejarah istilah sosiologi :
·         1842: Istilah Sosiologi sebagai cabang Ilmu Sosial dicetuskan pertama kali oleh ilmuwan Perancis, bernama August Comte tahun 1842 dan kemudian dikenal sebagai Bapak Sosiologi.[rujukan?] Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat lahir di Eropa karena ilmuwan Eropa pada abad ke-19 mulai menyadari perlunya secara khusus mempelajari kondisi dan perubahan sosial.[rujukan?] Para ilmuwan itu kemudian berupaya membangun suatu teori sosial berdasarkan ciri-ciri hakiki masyarakat pada tiap tahap peradaban manusia.[rujukan?] Comte membedakan antara sosiologi statis, dimana perhatian dipusatkan pada hukum-hukum statis yang menjadi dasar adanya masyarakat dan sosiologi dinamis dimana perhatian dipusatkan tentang perkembangan masyarakat dalam arti pembangunan. Rintisan Comte tersebut disambut hangat oleh masyarakat luas, tampak dari tampilnya sejumlah ilmuwan besar di bidang sosiologi.[rujukan?] Mereka antara lain Herbert Spencer, Karl Marx, Emile Durkheim, Ferdinand Tönnies, Georg Simmel, Max Weber, dan Pitirim Sorokin(semuanya berasal dari Eropa).[rujukan?] Masing-masing berjasa besar menyumbangkan beragam pendekatan mempelajari masyarakat yang amat berguna untuk perkembangan Sosiologi.[rujukan?]
·         Émile Durkheim — ilmuwan sosial Perancis — berhasil melembagakan Sosiologi sebagai disiplin akademis.[rujukan?] Emile memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial.
·         1876: Di Inggris Herbert Spencer mempublikasikan Sosiology dan memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian yang tergantung satu sama lain.
·         Karl Marx memperkenalkan pendekatan materialisme dialektis, yang menganggap konflik antar-kelas sosial menjadi intisari perubahan dan perkembangan masyarakat.
·         Max Weber memperkenalkan pendekatan verstehen (pemahaman), yang berupaya menelusuri nilai, kepercayaan, tujuan, dan sikap yang menjadi penuntun perilaku manusia.
·         Di Amerika Lester F. Ward mempublikasikan Dynamic Sosiology.
Nilai sosiologi yang terdapat pada teater ini ditunjukan pada sikap Emak terhadap Abu yang selalu membuai Abu dengan khayalan-khayalan. Sikap Bulan terhadap Abu ia tidak tegaan Saat Abu terlalu dibuai oleh Emak. Yang kelam bersikap kasar atau jahat  terhadap Abu ia selalu menyiksa Abu. Iyem adalah istri Abu yang selalu mengeluh akan keadaan miskin yang deritany, majikan 1 terlalu menggunakan fisiknya untuk memerintahkan Abu, Majikan 2 ia lebih menggunakn pikirannya untuk memerintahkan Abu. Nilai sosiologi juga di tunjukan oleh kakek yang tidak ingin Abu terlalu terjerumus dalam buaian Emak. Kakek yang selalu berusaha ingin merubah Abu agar tidak terlalu terbuai oleh Emak. Dikutip dalam
“Emak selalu mendongengkan Abu tentang Cermin Tipu Daya. Emak membuai Abu dengan dongengnya.”
“Kelam anak buah dari Emak sikapnya yang jahat dan selalu menyiksa Abu”
“Saat Bulan muncul ia di perintahkan oleh Emak untuk menyelimuti Abu (Bulan menyelimuti Abu dengan Cahaya) jaga dia. Bulan berkata pada Emak “kalau dya terbangun? Emak”Tidurkan Lagi”, Bulan “kalau dia terjaga lagi”, Emak”Mabukkan dia”. Dan saat Abu tersadar dari tidurnya Bulan kembali menyuruh Abu untuk tidur.”
“iyem adalah istri dari Abu iya yang tidak terima dengan keadaannya, ia sudah cape dengan hidup miskin dan selalu menyuruh Abu untuk memperbaiki keadaan mereka”
“majikan 1 selalu menyiksa Abu jika ia memerintahkan Abu ia selalu mencambuk Abu dan memanggil Abu dengan panggilan kasar”
“Majikan 2  ia menggunakan pikirannya dalam memerintahkan Abu, ia pun memanggil Abu dengan Panggilan “titik titik setrip”

“ Ketika Abu bertemu dengan kakek, kakek berkata” tak ada tempat yang paling teduh dan tak ada obat pelelah selain Agama” Abu bertanya kepada kakek” saya butuh cermin Tipu Daya” apa itu cermin tipu daya”kata kakek”, kakek tidak ingin Abu terjerum dalam buaian kakek .

LAYAR TERKEMBANG

Tuti adalah putri sulung Raden Wiriatmadja. Dia dikenal sebagai seorang gadis yang pendiam teguh dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi wanita. Watak Tuti yang selalu serius dan cenderung pendiam sangat berbeda dengan adiknya Maria. Ia seorang gadis yang lincah dan periang.
Suatu hari, keduanya pergi ke pasar ikan. Ketika sedang asyik melihat-lihat akuarium, mereka bertemu dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut dengan perkenalan. Pemuda itu bernama Yusuf, seorang Mahasiswa Sekolah Tinggi Kedokteran di Jakarta. Ayahnya adalah Demang Munaf, tinggap di Martapura, Sumatra Selatan.
Perkenalan yang tiba-tiba itu menjadi semakin akrab dengan diantarnya Tuti dan Maria pulang. Bagi yusuf, perteman itu ternyata berkesan cukup mendalam. Ia selal teringat kepada kedua gadis itu, dan terutama Maria. Kepada gadis lincah inilah perhatian Yusuf lebih banyak tertumpah. Menurutnya wajah Maria yang cerah dan berseri-seri serta bibirnya yang selalu tersenyum itu, memancarkan semangat hidup yang dinamis.
Esok harinya, ketika Yusuf pergi ke sekolah, tanpa disangka-sangka ia bertemu lagi dengan Tuti dan Maria di depan Hotel Des Indes. Yusuf pun kemudian dengan senang hati menemani keduanya berjalan-jalan. Cukup hangat mereka bercakap-cakap mengenai berbagai hal.
Sejak itu, pertemuan antara Yusuf dan Maria berlangsung lebih kerap. Sementara itu Tuti dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu tampak sudah bukan lagi hubungan persahabatan biasa.
Tuti sendiri terus disibuki oleh berbagai kegiatannya. Dalam kongres Putri Sedar yang berlangsung di Jakarta, ia sempat berpidato yang isinya membicarakan emansipasi wanita. Suatu petunjuk yang memperlihatkan cita-cita Tuti untuk memajukan kaumnya.
Pada masa liburan, Yusuf pulang ke rumah orang tuanya di Martapura. Sesungguhnya ia bermaksud menghabiskan masa liburannya bersama keindahan tanah leluhurnya, namun ternyata ia tak dapat menghilangkan rasa rindunya kepada Maria. Dalam keadaan demikian, datang pula kartu pos dari Maria yang justru membuatnya makin diserbu rindu. Berikutnya, surat Maria datang lagi. Kali ini mengabarkan perihal perjalannya bersama Rukamah, saudara sepupunya yang tinggal di Bandung. Setelah membaca surat itu, Yusuf memutuskan untuk kembali ke Jakarta, kemudian menyusul sang kekasih ke Bandung. Setelah mendapat restu ibunya, pemuda itu pun segera meninggalkan Martapura.
Kedatangan Yusuf tentu saja disambut hangat oleh Maria dan Tuti. Kedua sejoli itu pun melepas rindu masing-masing dengan berjalan-jalan di sekitar air terjun di Dago. Dalam kesempatan itulah, Yusuf menyatakan cintanya kepada Maria.
Sementara hari-hari Maria penuh dengan kehangatan bersama Yusuf, Tuti sendiri lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku. Sesungguhpun demikian pikiran Tuti tidak urung diganggu oleh keinginannya untuk merasakan kemesraan cinta. Ingat pula ia pada teman sejawatnya, Supomo. Lelaki itu pernah mengirimkan surat cintanya kepada Tuti.
Ketika Maria mendadak terkena demam malaria, Tuti menjaganya dengan sabar. Saat itulah tiba adik Supomo yang ternyata disuruh Supomo untuk meminta jawaban Tuti perihal keinginandsnya untuk menjalin cinta dengannya. Sesungguhpun gadis itu sebenarnya sedang merindukan cinta kasih seorang, Supomo dipandangnya sebagai bukan lelaki idamannya. Maka segera ia menulis surat penolakannya.
Sementara itu, keadaan Maria makin bertambah parah. Kemudian diputuskan untuk merawatnya di rumah sakit. Ternyata menurut keterangan dokter, Maria mengidap penyakit TBC. Dokter yang merawatnya menyarankan agar Maria dibawa ke rumah sakit TBC di Pacet, Sindanglaya Jawa Barat. Perawatan terhadap Maria sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun keadaannya tidak juga mengalami perubahan. Lebih daripada itu, Maria mulai merasakan kondisi kesehatan yang makin lemah. Tampaknya ia sudah pasrah menerima kenyataan.
Pada suatu kesempatan, disaat Tuti dan Yusuf berlibur di rumah Ratna dan Saleh di Sindanglaya, disitulah mata Tuti mulai terbuka dalam memandang kehidupan di pedesaan. Kehidupan suami istri yang melewati hari-harinya dengan bercocok tanam itu, ternyata juga mampu membimbing masyarakat sekitarnya menjadi sadar akan pentingnya pendidikan. Keadaan tersebut benar-benar telah menggugah alam pikiran Tuti. Ia menyadari bahwa kehidupan mulia, mengabdi kepada masyarakat tidak hanya dapat dilakukan di kota atau dalam kegiatan-kegiatan organisasi, sebagaimana yang selama ini ia lakukan, tetapi juga di desa atau di masyarakat mana pun, pengabdian itu dapat dilakukan.
Sejalan dengan keadaan hubungan Yusuf dan Tuti yang belakangan ini tampak makin akrab, kondisi kesehatan Maria sendiri justru kian mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun rupanya sudah tak dapat berbuat lebih banyak lagi. Kemudian setelah Maria sempat berpesan kepada Tuti dan Yusuf agar keduanya tetap bersatu dan menjalin hubungan rumah tangga, Maria mengjhembuskan napasnya yang terakhir. “Alangkah bahagianya saya di akhirat nanti, kalau saya tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan saya yang penghabisan dan saya, saya tidak rela selama-lamanya kalau kakandaku masing-masing mencari peruntungan pada orang lain”. Demikianlah pesan terakhir almarhum Maria. Lalu sesuai dengan pesan tersebut Yusuf dan Tuti akhirnya tidak dapat berbuat lain, kecuali melangsungkan perkawinan karena cinta keduanya memang sudah tumbuh bersemi.