Panasnya matahari membuatku malas untuk berangkat sekolah. Ya, hari ini aku masuk siang. Engga tau kenapa hari ini aku malas banget pergi sekolah, ingin di rumah saja. Tapi masa aku engga masuk, aku kan pengen ketemu sama Yudha.
Ya, Ardiansyah, orang yang menurutku ganteng, cool dan bermata sipit. Dia adalah pacarku, aku sudah menjalin hubungan selama 5 bulan. Setiap bulan hari jadi kita, Ardi selalu kasih surprise untukku. Dia selalu memberi aku boneka, bunga dan coklat. Itu hal yang membuatku bahagia jika bersamanya. Tapi aku tidak tahu bulan ini yudha akan kasih aku surprise apa ia ?
Upz, aku malah mengkhayal saja. Lalu aku bergegas siap-siap untuk berangkat sekolah. Walaupun sedikit bermalas-malasan, aku naik angkutan umum untuk sampai ke sekolah. Diangkot pun aku terlihat tidak semangat, lemas seperti orang yang sedang sakit. Padahal aku baik-baik saja, aku tidak tahu kenapa seperti ini.
Hanya sekitar 20 menit aku sudah sampai di depan sekolah. Ya, sekolah ku tidak begitu jauh dari rumah. Kemudian aku masuk ke gerbang sekolah dan menuju ruang koperasi. Ruang koperasi seperti ruang basecamp untuk aku dan teman-teman, karena kita sering kali berkumpul diruang ini. Tak lama sesampainya aku di koperasi, tiba-tiba syifa adik kelas aku menghampiri.
“Kak, nanti sore pulang sekolah pasti kak Yudha mau ngomong sesuatu sama kakak.” Katanya dengan nada yang serius.
“Mau ngomong apa dia sif ?” Tanyaku dengan penasaran.
“Nanti juga kakak tau sendiri” Jawabnya sembari melambaikan tangannya untukku.
“Hey, Syifa mau kemana? Jawab dulu pertanyaanku.” Kataku sambil memanggil Syifa tetapi dia pergi begitu saja.
Aku sejenak terdiam, dan masih memikirkan perkataan Syifa tadi. Aku engga ngerti apa yang dimaksudnya tadi. Tiba-tiba hati ini berdetak kencang, sepertinya hal yang tidak aku inginkan akan terjadi. Selintas aku berfikir, apa mungkin yudha akan ? Ah, mungkin syifa hanya bercanda. Dia kan memang suka jail anaknya sama kakak kelas yang lainnya. Tetapi pikiran negatif itu datang kembali ke otakku, sumpah mumet banget pikiran aku saat ini. aku hanya bisa diam. Tiba-tiba teman aku datang mengagetkanku.
“Dooor” Teriaknya intul dikupingku
“Eh, copot-copot” kagetku
“apa yang copot si Za? Hahahaa.” Tanya intul dengan nada ngeledek.
“Ih apa-apan si loe, kerjaannya Cuma bikin kaget gw aja” Jawabku dengan nada jutek.
“Wih, santai cuy. Lagi kenapa loe ?” Tanya Intul agak sedikit bingung
“Bingung.” Jawabku dengan nada galak
Intul adalah sahabat aku, dia sangat perduli dengan semua masalah yang aku hadapi. Intul pun terus menanyakan hal yang sedang terjadi padaku. Lalu aku menceritakan perkataan syifa adik kelasku kepada intul.
“Mungkin dia cuma ngerjain loe aja kali Za.” Kata intul dengan nada meyakinkan
“Tapi, engga mungkin tul, pasti ini beneran. Gw yakin banget”. Kataku dengan serius.
“Atau mungkin Yudha mau kasih surprise buat loe.” Kata intul
“Masa si, Ardi kalau kasih surprise ke gw engga gini tau caranya.” Kataku
Aku pun kembali bercerita dengan sahabatku itu. ya, curhat colongan sebelum masuk kelas. Sudah hampir setengah jam aku bercerita dengan intul. Tetap saja perasaan aku tidak enak. Lalu aku pun memutuskan untuk izin dari sekolah. Aku meminta tolong kepada intul untuk absenkan aku hari ini.
“Uuuuhh, kok gue jadi mumet gini ia tul”. Kataku dengan raut wajah yang kusut.
“Ya ampun udah deh, kaya gini aja loe sampai stres gitu. Biasa aja dong, pikirin pelajaran bukan cowok loe pikirin.” Kata intul dengan nada yang agak galak.
“Namanya juga lagi mumet tul, izinin gw ia tul. Malas sekolah ni gw. Please.” Kataku agak sedikit memohon.
“Ah, loe terlalu diambil pusing banget si, terserah loe deh.” Jawab intul
“Intul baik deh makasih ia.” kataku sambil memeluk intul.
Aku memutuskan untuk pulang ke rumah. Ya, dari pada aku engga konsen saat belajar dikelas lebih baik aku pulang saja. Saat perjalanan pulang aku tetap memikirkan hal yang sama. Ya ampun, kenapa si kata-kata adik kelasku masih terngiang ditelinga. Hmmm, membuat aku kesal dan boring.
Ketika aku sampai dirumah, aku langsung membuka pintu rumah. Aku melihat ibu sedang menyetrika baju, ibu kaget melihat aku pulang begitu cepat hari ini.
“Kok kamu sudah pulang jam segini?” Tanya ibu dengan bingung.
“Ia bu, tadi aku sampai sekolah ngerasa engga enak badan. Terus aku memutuskan untuk pulang dan izin sekolah”. Jawabku
Setelah ibu menanyakan itu, lalu aku bergegas ke kamar. Aku pun melempar tas, kemudian aku membanting badanku ke tempat tidur. Hmm, perasaanku kembali tidak tenang seperti dihantui rasa takut. Aku bingung, aku coba ingin melupakan hal itu, tapi tidak bisa. Aku pun mencoba untuk tenang dan memejamkan mata ini sejenak. Tapi tiba-tiba handphone ku berdering, seperti ada sms masuk. Lalu aku pun mengambil handphone ku yang berada di dalam tas. Ku buka tas aku kemudian mengambilnya dan segera aku membaca sms itu. Ternyata itu sms dari Hendra temannya Ardi. Hendra menanyakan kenapa aku hari ini tidak masuk sekolah. Hmm, pikirku kenapa bukan Ardi yang sms. Kenapa harus temannya ! Lalu aku pun membalas sms hendra. Beberapa menit kemudian hendra pun membalas sms aku dan dia bilang.
“Oh, Ya sudah kalau gitu, nanti yudha mau kerumah loe. Katanya dia mau ngomong sama loe.” Sms dari Hendra
Aku pikir benar juga apa yang dikatakan syifa tadi, Ardi mau ngomong sesuatu sama aku. Dia mau ngomong apa ya ? Hari ini perasaan aku benar-benar tidak tenang. setiap yang aku lakukan selalu salah, mondar-mandir engga jelas. Aku hanya bisa melihat jam terus menerus, dan menunggu kedatangan Yudha.
Waktu sudah menunjukkan pukul 17.30, sepertinya sudah jam bubar sekolah. Tiba-tiba jantungku berdetak kencang, kupingku pun terasa panas. Kata ibu, Kalau kuping kita panas berarti ada yang sedang membicarakan kita. Apa mungkin Ardi sedang membicarakan aku. Huuu, pikiran aku terlalu mengada-ngada. Tak lama di luar rumah seperti ada orang yang mengucapkan salam. Pikirku pun langsung kepada Ardi, pasti yang mengucapkan salam itu Ardi. Aku pun perlahan-lahan membuka pintu dan segera melihat orang yang mngucapkan salam. Ternyata benar firasat aku, orang yang megucapkan salam itu Yudha. Dia tersenyum melihat aku keluar, kemudian aku menghampiri Ardi. Aku mempersilahkan dia duduk dikursi depan rumah. Suasana menjadi sangat kaku, seperti aku baru mengenal Ardi saja. Akhirnya Ardi pun menanyakan kenapa aku tidak masuk sekolah tadi, aku pun menjawab bahwa aku merasa tidak enak badan siang tadi. Tiba-tiba suasana menjadi diam sejenak, aku pun langsung menanyakan kepada Ardi hal yang ingin dia bicarakan kepadaku. Tetapi Yudha hanya diam, seperti bingung ingin mulai bicara dari mana.
“Tau engga kamu, aku sayang banget sama kamu. Aku selalu kangen sama kamu, ingin rasanya setiap hari berada disisi kamu. Dari sejak pertama kita kenal dan menjalin hubungan. Rasa sayang aku selalu bertambah untuk kamu. Tapi ternyata semua engga semulus yang aku bayangkan ...” Kata-kata Ardi yang membuatku bingung.
“Kenapa?” Tanyaku.
Ardi hanya tersenyum kecil, melambangkan sesuatu yang mungkin buruk untukku. Dan Ardi memberikan sekotak kecil yang dibungkus kertas warna biru bergambar kelinci.
“Itu hadiah untuk kamu, sebagai hari jadi kita yang ke 5 bulan, terima kasih selama ini kamu udah mengisi hari-hari yang sepi menjadi bahagia. Aku engga akan lupain semua tentang kita. Semua itu menjadi cerita dalam kehidupanku.” Perkataan Ardi
Tapi aku bingung dengan semua ucapan yudha, seperti kata-kata perpisahan yang ia ucapakan untukku. Aku hanya diam dan bimbang, sebenarnya ada apakah ini? Dalam pikiran ku bertanya-tanya. Tanpa sadar air mataku jatuh membasahi pipi ini, semua begitu terlalu cepat untuk diucapkan. Ardi pergi begitu saja, meninggalkan aku dalam kesedihan yang sangat mendalam. Ia meninggalkanku tanpa memberikan kejelasan yang pasti tentang pa yang ia ucapkan untukku. Ku buka sekotak kecil pemberian dari Ardi. kemudian ku lihat apa yang ada di dalam kotak itu. ternyata kalung yang bermata warna biru. Itu kalung yang aku inginkan saat jalan bersama Ardi waktu itu. semua itu menjadi kenangan dan cerita dalam kehidupanku.