BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 29 November 2011

SUASANA PASAR SERPONG

Sekitar pukul enam pagi aku sudah berada di tempat yang ramai. Ya, ini pasar Serpong yang berdekatan dengan stasiun kereta api. Cukup luas dan padat penduduk yang berdatangan. Tak heran lagi namanya saja pasar pasti banyak para pengunjung dan  pedagang berjualan disini.
Dari jalanan yang akan masuk ke dalam area pasar saja sudah mengalami macet yang panjang, banyak sekali mobil berbaris panjang untuk mengantri bisa masuk ke dalam pasar dan  mengambil tiket masuk. Tak kalah pula motor yang selalu ingin mendahului motor-motor yang lain untuk segera masuk. Aku terdiam, mengapa mereka semua tidak bisa bersabar sedikit untuk menunggu giliran ? ya, memang sudah menjadi tradisi orang-orang disini.
Melihat begitu banyaknya antrian motor, sudah banyak pula motor yang berada di halaman parkiran yang panjangnya sekitar 60 meter dan lebar 20 meter. Itu hanya untuk motor saja, tak bisa dibayangkan halaman parkir untuk mobil. Mungkin bisa melebihi parkiran yang berada di mall. Dari sudut pintu kiri parkiran dekat pos penjagaan aku melihat seorang laki-laki berpakain kaos oblong berwrna merah, dengan celana pendek yang sudah sobek-sobek. Tetapi laki-laki itu sibuk dengan pluitnya dan tangan kanan lelaki itu selalu digerakkannya ke kiri dan ke kanan, seperti memberi aba-aba. Ternyata orang itu sibuk memberi arah untuk orang-orang yang ingin parkir motor dihalaman ini. Orang itu merasa bersemangat sekali, dengan sigap dan cara pandang ia melihat tempat parkir yang kosong ia langsung mengarahkan aku untuk dapat parkir ditempat yang dia tuju. Laki-laki itu dengan senang hati ia mengatur setiap barisan motor.
Pada pukul tujuh pasar ini semakin ramai pengunjung. Dari depan pasar toko yang bertulisan Toko Emas Ahong, begitu ramai pengunjung yang membeli atau menjual perhiasan mereka. Pandangan aku tertuju arah sudut pasar yang melihat sosok seorang nenek duduk dilantai dekat pagar-pagar pasar. Nenek itu sangat kusut dengan kain ia kenakan sebagai rok yang menurut aku sudah tidak layak untuk dipakai, baju kebaya yang ia kenakan juga sepertinya sudah sobek. Dihadapan nenek itu ada sebuah mangkuk plastik yang berisi 3 koin. Ya, sepertinya nenek itu pengemis, aku tidak tega melihat nenek itu meminta setiap orang yang melewati dirinya dari tempat ia duduk. Jarang sekali orang memberi sebagian uang mereka untuk nenek itu. Ya, nenek itu hanya dapat beberapa koin saja. Padahal nenek itu selalu menyodorkan mangkuk plastik ke semua orang yang lewat di hadapannya. Hmm.. entah mengapa nenek tua itu lebih memilih untuk mengemis? Mungkin memang itu sudah menjadi takdir setiap manusia.
Aku melewati nenek tua itu dan memberinya 5 uang koin yang aku ambil dari kantung belakang celana aku. Lalu aku berjalan menuju ke dalam pasar, begitu padat pengunjung dan pedagang. Terlihat banyak sekali toko-toko, seperti toko baju, toko perabot rumah tangga dan sebagainya. Dari setiap toko yang aku lewati, tak berhenti mata ini melihat  kanan kiri toko baju yang ada di pasar ini. Kaos yang menurut aku bagus dan gambarnya pun aku suka. Tetapi aku hanya bisa melihatnya saja, karena uang ibu cukup untuk membeli sayur mayur. Tetapi kenapa harus melewati toko pakaian ? Hmm.. ingin rasanya aku memiliki baju itu.
Aku dan ibu menuruni tangga yang menuju pedagang sayur. Cukup padat pengunjung, banyak ibu-ibu yang sedang asik memilih memilah sayur mayur. Seperti kangkung, cabai, bawang dan sebagainya. Suasana begitu ramai ada yang sibuk tawar menawar, padahal sayur di sini sudah cukup murah. Tetapi masih saja ibu-ibu meminta untuk mengurangi harganya. Ya, ibu-ibu suka sekali harga murah tetapi kualitasnya harus bagus. Terlihat ada seorang ibu yang disibukkan dengan kantong pelastik yang berada di tangan kanan dan kirinya, yang menurut aku sangat repot sekali. Tiba-tiba ada anak kecil kira-kira berumur 7 tahun menghampiri ibu itu, untuk menawarkan bantuan. Ya, pasar ini juga di penuhi anak-anak kecil yang tidak sekolah, mereka bekerja di pasar ini sebagai kuli untuk membantu ibu-ibu yang membawa belanjaan yang banyak. Mereka juga mendapatkan upah, tak heran jika ibu-ibu selalu diikuti anak kecil. Karena sudah menjadi hal yang biasa. Aku mendengar dari kejauhan ada seorang ibu yang berteriak Copet..copet..copet.. seluruh pengunjung terkejut dan panik melihat seorang ibu berteriak kecopetan. Suasana pasar semakin ramai sekali dan aku pun tidak bisa melihat siapa yang mencopet ibu itu, karena padatnya pengunjung. Apakah copet itu di tangkap ? atau copet itu berhasil meloloskan diri ? atau mungkin copet itu habis di hajar oleh pengunjung pasar ? aku tidak tahu, karena aku langsung menuju arah parkir motor dan segera pulang ke rumah.
Oleh : Senandu Zanuar Biru

0 komentar: